Kemendukbangga/BKKBN Kampanye Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menggencarkan Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah, yang mulai berlaku efektif, Senin (14/7/2025).
Hal itu disampaikan Sekretaris Menteri Kemendukbangga/BKKBN Prof Budi Setiyono saat menghadiri kegiatan bersama BKKBN Provinsi Jawa Timur dan awak media di Surabaya, Minggu (13/7/2025).
Menurut Budi, gerakan ini merupakan kebijakan baru sesuai Surat Edaran (SE) Mendukbangga/Kepala BKKBN Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah.
“Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN telah mengeluarkan kebijakan baru yang menekankan pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak dan pendidikan sejak usia dini,” ujarnya.
Budi menyebut, gerakan ini merupakan bagian dari Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI), sebuah inisiatif nasional yang diluncurkan Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN Wihaji.
“Program ini bertujuan meningkatkan partisipasi aktif ayah dan calon ayah dalam pengasuhan anak dan pendampingan remaja, sebagai bentuk tanggung jawab jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak,” ungkapnya.
Budi menjelaskan, surat edaran tersebut mengimbau seluruh aparatur sipil negara (ASN) dan masyarakat luas agar para ayah secara langsung mengantar anak mereka ke sekolah di hari pertama tahun ajaran baru. “Ini dinilai sebagai momen strategis untuk membangun kedekatan emosional antara ayah dan anak,” jelasnya.
Berdasarkan data UNICEF (2021), I-NAMHS (2022), BPS (2021), dan KPAI (2017), sekitar 20,9 persen anak Indonesia tumbuh tanpa kehadiran ayah akibat perceraian, kematian, atau pekerjaan yang jauh dari rumah.
Ironisnya, hanya 37,17 persen anak usia 0-5 tahun yang mendapatkan pengasuhan langsung dari kedua orang tua kandung secara bersamaan.
“Situasi ini diperparah dengan tingginya angka gangguan kesehatan mental pada remaja, yakni mencapai 33 persen. Namun, hanya 4,3 persen orang tua yang mampu mendeteksi bahwa anaknya membutuhkan bantuan profesional,” terangnya.
Budi menegaskan, keterlibatan ayah sangat penting dalam membentuk rasa aman dan semangat anak untuk bersekolah. Menurutnya, anak perlu diyakinkan, ada sosok yang membimbing dan melindungi mereka dalam setiap langkah, termasuk saat menuntut ilmu.
“Surat edaran ini dimaksudkan agar mengingatkan kepada para ayah untuk menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak masing-masing,” katanya.
Selain itu, gerakan ini berlaku tidak hanya untuk ASN, namun juga para pekerja swasta. Baik pegawai negeri maupun swasta diharapkan dapat berpartisipasi.
Budi mengakui, dengan datang langsung ke sekolah, orang tua akan memahami dinamika belajar anak dan bisa ikut menyempurnakan kekurangannya.
“Kalau orang tua ikut serta hadir di sekolah, mereka akan tahu bagaimana anaknya diberi pelajaran di sekolah, kesulitannya, pergaulan anak dengan anak yang lain, dan juga dengan guru-guru mereka,” pungkasnya. (aci)