Pendidikan
Dosen Unusa Masuk Daftar 2% Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Dosen muda Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) Achmad Syafiuddin kembali mengukir prestasi internasional dengan masuk dalam daftar 2 persen Ilmuwan Paling Berpengaruh di Dunia.
Prestasi ini dirilis Stanford University bekerja sama dengan Elsevier BV pada 19 September 2025. Bangganya, ini adalah kali kelima berturut-turut namanya tercantum dalam daftar bergengsi tersebut sejak 2021.
Syafiuddin, yang sehari-hari mengajar di Program Studi Kesehatan Masyarakat Unusa, menempati peringkat 17 dari 209 peneliti asal Indonesia yang masuk dalam daftar tahun ini. Pencapaian ini menegaskan posisinya sebagai ilmuwan muda berkelas dunia yang konsisten.
Di tengah sorotan internasional, Syafiuddin memilih fokus penelitian yang unik dan berdampak langsung pada masyarakat.
Ia mendirikan Center for Environmental Health of Pesantren (CEHP) di Unusa, yang diklaim sebagai pusat riset pertama di Indonesia yang secara khusus menangani masalah kesehatan lingkungan di pesantren.
Inovasi terbesarnya bukan sekadar publikasi, melainkan teknologi sederhana yang memberikan manfaat nyata bagi puluhan ribu orang, terutama di lingkungan pesantren.
Pertama, Unusa-Water. Sistem filtrasi bertingkat berbahan alam ini mampu mengubah air kotor menjadi air layak minum dan sanitasi. Teknologi ini telah dipasang di 10 provinsi dan menyediakan air bersih bagi total 49.883 orang.
Kedua, Unusa-Incinerator. Alat pengolah sampah tanpa asap berbasis water spraying dan filtrasi ini telah diterapkan di 3 provinsi dan memberikan dampak positif pada 43.200 orang.
Secara keseluruhan, Syafiuddin menyebut kedua inovasi tersebut telah membantu lebih dari 93 ribu orang di seluruh Indonesia.
“Ilmu itu harus kembali ke masyarakat. Pesantren, sebagai bagian penting bangsa ini, berhak mendapatkan solusi atas masalah lingkungan yang mereka hadapi,” ujarnya, Senin (22/9/2025).
Syafiuddin memiliki latar belakang yang penuh perjuangan. Ia dibesarkan oleh ibu penjual jamu keliling di Madura setelah ayahnya meninggal.
Berbekal beasiswa Bidik Misi pada 2010, ia berhasil menembus perguruan tinggi, meraih gelar sarjana dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan menyelesaikan studi magister serta doktor di Universiti Teknologi Malaysia.
Di usia muda, Syafiuddin kini menjabat sebagai Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unusa dan bahkan diangkat sebagai Adjunct Professor di Saveetha Institute of Medical and Technical Sciences (SIMATS), India. Konsistensi penelitiannya terlihat dari 124 publikasi ilmiah terindeks Scopus dengan H-Index 30.
Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie MEng menyambut baik pencapaian ini. “Pencapaian Syafiuddin adalah bukti bahwa kampus Unusa, dalam usia yang relatif muda, telah mampu melahirkan ilmuwan berkelas dunia dan berdampak,” ungkapnya.
Kehadiran nama Achmad Syafiuddin dalam daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia menambah daftar panjang anak bangsa yang berkontribusi secara global dari Indonesia. (aci)

