Petrokimia Gresik dan Jasindo Luncurkan Cerdastani

TUBAN, SURYAKABAR.com – Dua BUMN, PT Petrokimia Gresik (PG) dan PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) meluncurkan program Cerdastani di Desa Senori, Kecamatan Merakurak, Tuban, Senin (23/7/2018).

Kerja sama ini dilakukan untuk meningkatkan dan melindungi kinerja petani dari hulu ke hilir. Dua BUMN tersebut telah mengamanatkan UU No.19/2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani.

“Program ini sangat membantu petani, karena proteksi yang dikeluarkan sangat ringan,” ujar Direktur Pembiayaan Kementerian Pertanian, Sri Kuntarsih selepas peluncuran program Cerdastani di Desa Senori, Kecamatan Merakurak, Tuban, Senin (23/7/2018).

Pada kesempatan itu diluncurkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Bagi petani yang ikut AUTP, mereka cukup membayar Rp 36.000 per hektar per musim dengan klaim asuransi Rp 6 juta. “Kerusakan gagal panen yang disebabkan alam, seperti banjir, longsor, atau hama, minimal 75% sudah bisa mengajukan klaim,” lanjutnya.

Seiring telah diluncurkannya program AUTP tersebut, Pemerintah RI melalui Kementerian Pertanian menargetkan lahan 1 juta hektar di seluruh Indonesia bakal dicover asuransi. Bahkan, Kementan akan menyiapkan subsidi asuransi sebesar 80 persen, sedangkan sisanya menjadi kewajiban petani.

Selain menerbitkan asuransi padi, peluncuran yang menjadi pilot project ini juga meluncurkan Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS). Peternak sapi cukup membayar polis Rp40.000 per ekor dalam setahun dan mendapat proteksi Rp 10 juta.

Direktur Pemasaran Petrokimia Gresik Meinu Sadariyo menyambut positif program tersebut. Menurutnya, Petrokimia Gresik telah melakukan pengawalan lahan seluas 2,5 juta hektar di Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

“Untuk di Jatim kami telah menyiapkan lahan sekitar 240 hektar di Lamongan, Bojonegoro, dan Tuban. Lahan ini untuk menyiapkan ketahanan pangan, sekaligus mengedukasi petani, pentingnya asuransi,” jelasnya.

Asuransi untuk petani ini baru meng-cover tanaman padi dan sapi-kerbau. “Komoditas lainnya menyusul, karena kajian untuk asuransi padi membutuhkan waktu, tenaga, biaya dan penelitian mulai tahun 2011 hingga 2017,” tutup Meinu. (arf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *