Giselle Hage Dikukuhkan Jadi Wisudawan Termuda ITS di Usia 19 Tahun

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Lulus kuliah dan menjadi wisudawan termuda di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjadi kebanggaan tersendiri dan pengalaman tak terlupakan dalam hidup. Hal itu yang kini dirasakan Giselle Hage tepat di usianya 19 tahun 9 bulan.

Giselle menceritakan, ia mengenyam pendidikan di bangku Sekolah Dasar (SD) di usia belia, yakni 4 tahun di SD Dabasah 2 Bondowoso. Hal ini tidak lepas dari kecakapannya dalam menguasai kemampuan membaca dan berhitung di usia dini.

“Waktu itu aturan terkait usia minimal belum terlalu ketat, jadi bisa didaftarkan sebagai siswa SD di usia belia,” ujar mahasiswi dari Departemen Teknik Elektro ITS itu, Jumat (19/4/2024).

Baca Juga:  23 Mahasiswa PCU Lolos IISMA 2024, Siap Kuliah di 13 Negara Berbeda

Menurut Giselle, dalam setiap jenjang pendidikannya, ia selalu menjadi pelajar termuda di antara rekan-rekannya. Meski demikian, hal itu tidak menghalanginya untuk cepat beradaptasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki.

Mahir di bidang fisika, Giselle gemar mengeksplorasi alat mikrokontroler sejak SMA. Hal itu juga yang mendasari keputusannya untuk mendaftar ke Departemen Teknik Elektro ITS.

Giselle Hage (kedua dari kanan) saat membimbing praktikum di Laboratorium Sistem dan Sibernetika Departemen Teknik Elektro ITS.

Minatnya pada sistem kontrol tersebut dituangkan dalam tugas akhirnya yang berjudul Kontrol Pembagian Tugas Multiagen Menuju Multitarget dengan Penghindaran Halangan menggunakan Artificial Potential Field.

“Pada dasarnya, penelitian ini mengatur bagaimana sistem mengambil keputusan secara otomatis berdasarkan kondisi yang diberikan,” ungkap alumnus Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Jember itu.

Baca Juga:  Sosok Clarinta Ega Divanie, Lulusan Terbaik Prodi Wilayah dan Kota ITN Malang, Si Pemilik Suara Emas

Giselle menjelaskan, multiagen yang dikembangkannya berupa tujuh buah drone yang masing-masing memiliki empat baling-baling atau disebut quadcopter.

Dengan memperhitungkan faktor jarak dan kecepatan, setiap drone tersebut akan mempertimbangkan cara untuk mencapai target berdasarkan medan artifisial.

“Penelitian ini memanfaatkan daya tolak dan daya tarik yang diberikan pada agen, target dan halangan yang ada,” jelas putri dari almarhum Iwan Sugiharto dan Tryphena Hage tersebut.

Lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,71, bungsu dari tiga bersaudara itu mengatakan, keluarga dan rekan-rekannya menjadi motivasi dan semangatnya dalam belajar.

Selain itu, beasiswa Fast Track yang diterimanya untuk melanjutkan studi di Program Magister Teknik Sistem Kontrol ITS mendorongnya untuk menyelesaikan studinya dengan lebih cepat.

Baca Juga:  Dosen ITS Raih Penghargaan Bergengsi di Jerman Berkat Riset Jamu

Giselle juga aktif dalam Himpunan Mahasiswa Teknik Elektro (Himatektro) ITS di bidang Ilmu Keprofesian. Menurut Giselle, keinginannya untuk dapat berkontribusi meningkatkan keterampilan profesi bagi mahasiswa Teknik Elektro.

“Saya senang dengan hal yang berbau akademik dan ingin bermanfaat bagi sekitar,” terang wisudawan kelahiran Bondowoso, 16 Juli 2004 itu.

Kesenangannya untuk memberikan manfaat akademik juga ditunjukkan saat menjadi asisten laboratorium. Di tahun ketiganya berkuliah, ia bergabung di Laboratorium Sistem dan Sibernetika Departemen Teknik Elektro ITS sebagai asisten praktik. Bersama rekan-rekannya, Giselle membimbing serta menyediakan alat bantu praktikum bagi mahasiswa.

Giselle menambahkan, harapannya agar pengalaman yang didapatkannya selama berkuliah dapat membantu dalam perjalanan karirnya ke depan.

Ia bertekad akan tetap konsisten mengembangkan potensi agar dapat bermanfaat lewat bidang ilmunya. “Selama melanjutkan studi di ITS, saya akan terus mengembangkan diri di tempat ini,” pungkas Giselle. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *