Pilkada Surabaya
Puti Bisa Jadi Calon Alternatif, Satukan Faksi-Faksi di PDI-P
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Kota Surabaya menjadi partaruhan politik bagi PDI-P. Karena itu, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri hati-hati memilih calon wali kota-wakil wali kota yang akan diusung pada Pilkada Surabaya 2020.
Sebab, jika DPP PDI-P keliru mengambil keputusan dan kalah, efek kekalahannya juga besar. Terutama untuk Pemilu 2024.
Muncul desakan dan harapan dari grassroot (akar rumput) agar memilih kader sendiri untuk bertarung di pilkada ini.
Menurut mantan Ketua DPC PDI-P Surabaya periode 2005-2010, Saleh Ismail Mukadar, jika DPP jeli melihat situasi dan jalan keluar terbaik adalah menurunkan Puti Guntur Soekarno. Dipasangkan dengan siapapun, sekalipun bukan dengan Eri Cahyadi, pasti akan diterima Tri Rismaharini. “Apalagi jika dipasangkan dengan Eri yang selama ini dijagokan Risma,” ujar dia.
BACA JUGA:
Lebih jauh, menurut Saleh, menurunkan Puti ke Surabaya, selain menghindarkan atau menyelesaikan perbedaan antara DPP dengan Risma, juga menyatukan faksi-faksi dalam PDI-P di Surabaya. “Dengan begitu, peluang menang dan tetap mempertahankan hegemoni partai ini di Surabaya guna memelihara dan merawat keberagaman dan toleransi bisa terus dilanjutkan,” tandas Saleh yang juga mantan ketua umum Persebaya.
Di sisi lain, diaku Saleh, melepas Risma dalam kondisi seperti sekarang ini adalah kerugian terbesar bagi PDI-P, baik untuk kepentingan Surabaya maupun nasional.
Kenapa demikian? Karena ketika Risma dilepas, maka secara otomatis PDI-P juga melepas aset sosial yang telah dibangun Risma selama 10 tahun. Justru dengan fasilitas yang disiapkan PDI-P dan aset sosial yang tidak boleh diremehkan itu, pertama akan ditangkap dan menjadi bagian dari aset lawan PDI-P di Surabaya. (be)