JCFF 2025 Bank Indonesia: Jawa Timur Kontribusi Ekspor dan Produksi Kopi Jawa
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Potensi Jawa Timur di sektor kopi dan cokelat terbukti dengan kontribusi produksinya serta ekspor kopi Jawa.
Hal itu disampaikan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti saat penutupan Java Coffee and Flavors Festival (JCFF) 2025 di Kota Lama Surabaya, Senin (25/8/2025) malam.
Destry mengatakan, Bank Indonesia mencatat, 86 persen ekspor kopi Jawa dikirim melalui pelabuhan Jawa Timur, dengan kontribusi hampir 48 persen dari total produksi kopi Jawa.
“Gerbang Baru Nusantara ini sangat mungkin diwujudkan, karena potensi kopi Jawa Timur luar biasa,” ujar Destry.
Menurutnya, tidak hanya kopi, permintaan cokelat global juga terus meningkat. Ia mencontohkan, tren cokelat Dubai yang viral, padahal bahan bakunya banyak berasal dari Indonesia. Hal itu dinilai menjadi peluang besar bagi Jatim untuk memperkuat hilirisasi pangan.
“Amerika dan Eropa sangat antusias dengan produk kopi dan cokelat kita. Tantangannya ada pada kapasitas produksi UMKM yang masih terbatas. Kualitas tidak diragukan, tapi kuantitas harus ditingkatkan,” ungkapnya.
Destry menjelaskan, Bank Indonesia berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan mendorong UMKM agar siap bersaing global melalui capacity building, akses pasar, hingga pemanfaatan teknologi digital.
Menurutnya, Java Coffee and Flavors Festival (JCFF) 2025 ini juga menunjukkan geliat ekonomi yang luar biasa. Jika pada 2024 transaksinya Rp 38 miliar, tahun ini nilainya melonjak hingga Rp 100 miliar.
“Mari kita sama-sama meningkatkan produksi kopi, cokelat, dan rempah kita. Karena ke depan, komoditas ini menjadi new source of growth-nya Indonesia. Ayo kita olah kopi, cokelat, dan rempah. Jangan bijinya saja kita kirim, kita ekspor, tetapi kita olah,” katanya.
“Ada hilirisasi pangan, ini sesuai dengan program pemerintah. Hilirisasi pangan menjadi salah satu prioritas utama ke depan untuk Indonesia maju,” sambungnya.
Di sisi lain, Destry mengingatkan kembali sejarah penting Surabaya sebagai pusat keuangan Indonesia pada masa lampau. Menurutnya, Jawa Timur sejak dulu dikenal sebagai “Gerbang Nusantara”, pusat perdagangan ekspor dan intra-nasional.
Bahkan, Surabaya pada zamannya lebih maju dari Jakarta karena pernah menjadi daerah pertama yang menerbitkan municipal bond atau obligasi daerah untuk membiayai pembangunan fasilitas publik.
“Surabaya itu jauh lebih maju dibanding Jakarta. Pemerintah daerahnya sudah pernah menerbitkan obligasi untuk membangun fasilitas umum. Ini menunjukkan betapa kuatnya Surabaya sebagai pusat keuangan di masa lalu,” terangnya.
Destry menegaskan, posisi Jawa Timur sangat strategis sebagai penghubung wilayah barat dan timur Indonesia. Sejarah panjang perdagangan rempah, kopi, hingga cokelat menjadikan provinsi ini memiliki potensi besar untuk kembali menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional.
“Pentingnya menjaga heritage Kota Tua Surabaya, termasuk gedung bersejarah De Javasche Bank yang kini menjadi bagian dari Bank Indonesia. Kota Tua bisa menjadi pusat wisata sejarah sekaligus bukti kejayaan ekonomi Surabaya di masa lalu,” pungkasnya. (aci)