Mensos Temukan Satu Keluarga Disabilitas di Surabaya Tak Terima Bantuan PKH

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf kaget dan terkejut menemukan empat anak penyandang disabilitas dalam satu keluarga di Surabaya tidak menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH).

Temuan ini terjadi, saat Mensos menggelar Program Belanja Masalah yang menjadi agenda rutin untuk mengetahui pelaksanaan program kesejahteraan sosial dan hambatan yang dialami di lapangan, Minggu (17/11/2024). Yakni, keluarga Bambang Sasmito (41 tahun) dan Tita Riama (38 tahun) warga Kelurahan Tanah Kali Kedinding, Kecamatan Kenjeran, Surabaya, yang memiliki empat anak penyandang disabilitas.

Mensos mengatakan, pentingnya memiliki kertas kerja yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. “Inilah pentingnya kertas kerja yang sesuai kenyataan. Kita menemukan di sini ada keluarga penerima manfaat yang semestinya masih berkelanjutan ternyata terputus di tengah jalan. Lebih-lebih keluarga ini memiliki anak berkebutuhan khusus,” ujar Gus Ipul, sapaan akrab Saifullah Yusuf, Minggu (17/11/2024).

Baca Juga:  Kenang Peristiwa Heroik Lewat Teatrikal “Kereta Terakhir Surabaya” di Stasiun Gubeng Surabaya

Mensos Gus Ipul menjelaskan, keluarga Bambang sempat menerima bantuan PKH, namun kemudian terputus. Menurutnya, hal ini terjadi karena data keluarga Bambang ditidaklayakkan dengan alasan tidak ada komponen PKH dalam keluarganya. Padahal, salah satu komponen PKH adalah penyandang disabilitas, sehingga keluarga Bambang secara aturan berhak menerima bantuan.

“Temuan ini akan menjadi evaluasi bagi program Kementerian Sosial (Kemensos), terutama dalam validasi dan pembaharuan data. Jadi ini hal yang mungkin perlu kita perbaiki ke depan. Sesuai arahan Presiden, kita memang diminta untuk memastikan data kita itu valid,” jelasnya.

Baca Juga:  10 Mahasiswa Universitas Brawijaya Ikuti Pelatihan Kendaraan Listrik di Beijing
Baca Juga:  ITS Dukung Kemajuan Ekonomi Syariah di Indonesia Lewat TRACE

Mensos Gus Ipul juga menyoroti kinerja pendamping PKH. Menurutnya, pendamping adalah ujung tombak program Kemensos yang seharusnya mengetahui data historis atau riwayat bantuan yang diterima Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dan kondisi sosial ekonomi mereka.

“Saya sempat diskusi dengan beberapa pendamping khususnya PKH, yang mereka sendiri kenal tetapi tidak mengerti historisnya. Jadi kenal keluarga yang didampingi, tapi tidak mengenal persis permasalahan keluarga itu. Ini juga masalah,” tegasnya.

Gus Ipul memastikan, jika pendamping memahami dan melakukan tugas dan fungsinya dengan baik, program yang diberikan akan mampu mempercepat kesejahteraan sosial KPM. “Sebaliknya, jika pendamping tidak memahami kondisi KPM, kesuksesan program akan terhambat,” pungkasnya. (aci)