Gelar KKI dan PKN, Kemendikbudristek Serukan Merawat Bumi dan Kebudayaan
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) dan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) secara bersamaan.
Mengusung tema ‘Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan’ masyarakat maupun pelaku seni diajak untuk tetap mengakar pada nilai-nilai budaya serta kearifan lokal di setiap aksi berkesenian dan berkebudayaan.
Direktur Jenderal Kebudayaan (Dirjenbud), Kemendikbudristek, Hilmar Farid mengatakan, tema tahun ini semakin relevan terkait urgensi perhatian masyarakat terhadap keselamatan bumi. Menurut Hilmar, bidang kebudayaan dapat berkontribusi dalam persoalan pelestarian lingkungan.
“Seniman tidak saja berbicara tentang lingkungan, tapi kita ingin menggali sumber daya yang digunakan masyarakat dalam bentuk pengetahuan lokal maupun ekspresi budaya dengan konsep lumbung. Sehingga, bisa dikumpulkan dan diakses masyarakat banyak,” ujar Hilmar dalam webinar Silaturahmi Merdeka Belajar (SMB), Jumat (13/10/2023).
Hilmar menjelaskan, KKI akan merumuskan dokumen rencana induk kemajuan kebudayaan yang diatur dalam undang-undang, sebagaimana pada Kongres Kebudayaan 2018 yang telah menghasilkan dokumen strategi kebudayaan yang sudah menjadi Peraturan Presiden.
“Selain itu, KKI akan banyak mengevaluasi pelaksanakan kebijakan dari bidang kebudayaan selama lima tahun, seperti capaian dan hambatan dalam kurun waktu tersebut,” jelasnya.
Dewan Kurator PKN, Ibe Karyanto mengatakan, PKN tahun ini mengangkat konsep lumbung sebagai langkah kerja dalam kegiatannya.
Pendekatan lumbung digunakan sebagai simbol kekuatan kolektif, sehingga tugas dewan kurator bukan hanya menyeleksi, namun juga menjaga nilai-nilai yang ada dalam lumbung tersebut.
“Ada banyak nilai di dalam konsep lumbung seperti kolaborasi, saling berbagi, hemat, ramah lingkungan, dan kegembiraan. Kemudian, tugas dewan kurator membangun jejaring karena persoalan kebudayaan bukan perkara individu, ini harus menjadi milik bersama,” ungkap Ibe.
Selain itu, kurator juga bertugas mengidentifikasi kegiatan yang selama ini telah dihidupkan masyarakat serta sejalan dengan nilai-nilai lumbung. “Maka dari itu, Pekan Kebudayaan ini bukan hanya mengangkat atau memamerkan budaya ke Jakarta,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Provinsi Lampung, Heni Astuti menyampaikan, provinsinya akan mengikuti seluruh rangkaian PKN setelah melakukan lokakarya dan kurasi.
Sebelum mengikuti PKN, Provinsi Lampung telah melaksanakan Pekan Kebudayaan Daerah dan bekerja sama dengan Dewan Kebudayaan, elemen masyarakat, hingga pelaku seni yang ada di Lampung.
“Pemerintah Provinsi Lampung berkonsentrasi menyediakan dan menyiapkan ruang bagi pelaku budaya. Misalnya, menyediakan pusat kesenian seni dan budaya, kantor dewan kesenian, pasar seni, teater terbuka, dan teater tertutup, di mana semuanya disediakan pemerintah tanpa dipungut biaya agar dapat diberdayakan masyarakat,” pungkas Heni. (aci)