Lumbung Sedekah Pangan ACT, Mengajak Masyarakat untuk Peduli dengan Warga Sekitar
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Masa pandemi yang belum berakhir, ditambah dengan kondisi perekonomian yang tidak menentu, membuat banyak pelaku ekonomi, khususnya pengusaha kecil, mengalami kemunduran yang sangat siknifikan. Ini juga berdampak bagi para buruh, yang saat ini terpaksa menganggur, karena banyaknya perusahaan yang gulung tikar, sehingga mereka dirumahkan.
Dengan kondisi ini, tentu semakin menambah masalah baru masyarakat, karena angka kemiskinan di sekitarnya semakin meningkat, dan jika ini terus dibiarkan, tentu akan membuat kesenjangan sosial yang semakin tajam.
Melihat kondisi ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) meluncurkan program berupa Gerakan Nasional Lumbung Sedekah Pangan. Gerakan ini diharapkan mampu menekan kesenjangan yang terjadi antara mereka keluarga yang menjadi Pra Sejahtera akibat Pandemi dengan keluarga yang tergolong masih mampu untuk menghadapi kondisi yang terjadi saat ini.
Dipo Hadi, tim Program ACT Jawa Timur menjelaskan, Gerakan Lumbung Sedekah Pangan ini, diharapkan mampu menggerakan hati masyarakat, untuk selalu peduli dengan warga sekitarnya.
“Dengan membelanjakan sebagian rejeki, untuk membelikan kebutuhan bahan pokok yang dibutuhkan oleh mereka, seperti beras secukupnya, sayur mayur yang bisa langsung dikonsumsi untuk keluarga, seperti sayur sop, sayur asam, sayur bayam, buah buahan, ikan segar, daging, atau makanan siap saji, mulai mie instant, makanan kaleng, sampai kebutuhan lainnya, seperti pampers, sabun mandi serta kebutuhan sehari hari lainnya,” jelasnya.
Begitu juga sebaliknya, bagi mereka yang membutuhkan, diajarkan untuk mengambil secukupnya, tidak boleh berlebihan, karena lumbung ini akan selalu dibuka pada setiap hari pada jam tertentu, oleh pengelolanya entah itu masjid, yayasan, balai RT mapun perkantoran yang berada di kawasan perkotaan dan memiliki lingkungan yang padat di sekitarnya.
BACA JUGA:
Oleh karenanya, melalui Program Lumbung Sedekah Pangan ini, ACT Jawa Timur mengajak masyarakat untuk bisa menyalurkan bantuan ke lumbung lumbung yang sudah disediakan, seperti di kawasan Jalan Borobudur misalnya, tepatnya di Yayasan Rumah Pasien.
Tempat ini dijadikan Lumbung Sedekah, karena dalam wisma tersebut, selalu ditempati pasien dan juga keluarga pasien yang tergolong tidak mampu, sehingga keberadaan Rumah Pasien ini sangat dibutuhkan oleh mereka.
“Paling tidak dalam satu hari, minimal ada 8 hingga 10 keluarga yang menginap di Wisma Rumah Pasien ini,” ungkap Gina, salah satu relawan yang membantu bekerja sebagai staff administrasi di yayasan ini.
Mereka umumnya warga dari keluarga prasejahtera, yang berasal dari beberapa daerah di Jawa Timur.
Keberadaan lembaga ini dirasa sangat membantu, bagi para keluarga prasejahtera, karena setiap pasien yang menginap, akan mendapatkan layanan, layaknya pasien pada umumnya, selain diantar menggunakan ambulan untuk periksa dan kontrol ke rumah sakit, juga mendapat pendampingan, berupa advokasi, agar pasien mendapatkan pelayan lebih baik.
Keberadaan Lumbung Sedekah Pangan yang ditempatkan di depan kantornya, menurut Gina sangat bermanfaat, karena bantuan ini, selain dapat dimanfaatkan keluarga yang menginap di Rumah Pasien, juga bisa dirasakan bagi warga sekitar yang tidak mampu, seperti abang becak, tukang kuli bangunan yang bekerja di sekitar perumahan, juga para sopir angkot serta para pemulung atau tukang angkut sampah, semua akan mendapatkan manfaatnya.
Selain itu menurut Gina, bagi yang mampu juga merasa terbantu, karena dengan disediakannya keranjang lumbung sedekah ini, paling tidak bisa mempermudah yang mau bersedekah untuk meletakkan bantuannya di keranjang yang sudah disediakan.
Dipo Hadi Program Implimentator ACT Jatim menambahkan, program ini akan maksimal jika di setiap kampung mulai tingkat RT, RW, kelurahan atau kecamatan memiliki minimal satu Lumbung Sedekah Pangan. Karena hampir di setiap daerah, pasti terdapat keluarga yang kini menjadi keluarga pra-sejahtera, karena dampak dari pandemi Covid 19 serta krisis ekonomi yang berkepanjangan, sehingga keberadaanya mampu menekan ketimpangan yang terjadi.
“Tidak ada salahnya keberadaan lumbung ini selalu ada, entah itu di mushola, masjid, balai RT atau balai RW bahkan kelurahan atau perkantoran,” tambahnya. (mer)