Musim Panen Harga Garam di Sidoarjo Turun, Begini Komentar Petani Garam
SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Saat musim panen, harga garam di Kabupaten Sidoarjo mengalami penurunan harga. Saat ini harga garam di tingkat petani sekitar Rp 1.000 per kilogram. Padahal harga garam pada musim panen tahun lalu kisaran Rp 3.000. Meskipun harga garam mengalami penurunan, tetapi para petani masih menikmatinya, karena dinilai masih bagus.
Abdul Aziz (71) salah satu pengusaha garam di Desa Gisik Cemandi Kecamatan Sedati Sidoarjo mengatakan, sebenarnya saat ini mendekati musim puncaknya panen garam. Karena dalam tujuh hari atau delapan hari sudah bisa memanen garam.
“Saat ini masih musim kemarau dan hampir mendekati puncaknya musim panen garam,” kata Aziz kepada suryakabar.com di lokasi tambak garam di Desa Gisik Cemandi Sedati Sidoarjo, Rabu (3/10/2018).
“Dalam tujuh hari saya berhasil mendapatkan garam sekitar 150 sak, dengan lahan yang berukuran panjang sekitar 60 meter dan lebar sekitar 20 meter,” tambah Aziz.
Masih kata Aziz, hingga saat ini pihaknya memiliki lahan tambak garam totalnya 37 hektare. Rinciannya, 15 hektare milik pribadi dan 22 hektare lahan sewa dengan pekerja sekitar 150 tenaga kerja. Setiap hektare mampu menghasilkan garam 2.000 hingga 2.500 sak garam. Berat per sak sekitar 50 Kg.
“Kami menjual garam ini keluar Sidoarjo seperti Pati, Jawa Tenggah, persak kami jual Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu. Sementara membeli garam dari petani seharga Rp 54 ribu per sak,” terang Aziz.
Aziz menjelaskan, harga garam saat musim penghujan sangat mahal seperti 2017 harga garam persaknya dengan berat sekitar 50 Kg sekitar Rp 250 ribu. Namun saat ini musim puncaknya panen garam, harga garam malah menurun persaknya Rp 60 ribu hingga Rp 70 ribu.
“Masalah turun naiknya harga garam seperti ini sering terjadi. Namun, Alhamdulillah saat ini masih tidak terlalu merugikan para petani garam di wilayah Sidoarjo,” jelas Aziz.
Sementara itu di tempat yang sama petani garam Sunaryo (65) asal Kalianget Sumenep mengaku dirinya sudah 28 tahu menekuni pembuatan garam di tambak. Namun dirinya hanya mendapatkan upah dari pemilik lahan garam.
“Setiap tujuh hari kami panen garam, kami hanya sebagai buruh tani garam. Setiap panen upahnya dengan sistim dua untuk pemilik, satu untuk pengelola lahan,” kata Sunaryo.
Sunaryo berharap, pada saat musin panen garam seperti ini seharusnya harga garam tidak mengalami penurunan, agar para petani garam bisa menikmati panen dengan senang hati.
“Kami berharap pemerintah mambantu para petani garam untuk menstabilkan harga garam. Agar para petani bisa menikmaati hasilnya,” jelas Sunaryo. (wob)