Pendidikan
3.000 Lebih Wisudawan Unusa Siap Kembangkan Pengetahuan dan Keilmuan di Masyarakat

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) meluluskan lebih dari tiga ribu mahasiswa. Mereka dikukuhkan dalam Rapat Senat Terbuka Wisuda XX dan Pelantikan Ahli Madya, Sarjana, Magister dan Profesi di Dyandra Convention Hall Surabaya, Rabu (17/9/2025).

Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie MEng menegaskan kembali komitmen Unusa sebagai perguruan tinggi yang terbuka bagi siapa saja yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, tanpa memandang usia maupun latar belakang agama.

Menurutnya, Unusa senantiasa mendorong masyarakat untuk terus menuntut ilmu dalam berbagai jenjang. “Sesuai dengan tagline rahmatan lil alamin, Unusa hadir bagi siapa pun, dari mana pun, untuk mengembangkan pengetahuan dan keilmuannya,” ujarnya.

Prof Jazidie menyebut, dalam wisuda dan pelantikan kali ini, tercatat 10 wisudawan adalah non-muslim. “Sehingga, ketika pengambilan sumpah profesi, hadir tiga orang rohaniawan berbeda untuk mendampingi pengambilan sumpah, masing-masing rohaniawan Islam, Kristen dan Katolik,” ungkapnya.

Baca Juga:  Unusa Fasilitasi 210 Guru TK dan SD Program Pemenuhan Kualifikasi Akademik

Komitmen tersebut juga tergambar dari para lulusan tahun ini yang berasal dari beragam latar belakang, baik agama maupun usia.

Sejumlah wisudawan menempuh pendidikan di usia yang tidak lagi muda, seperti Anastasia Ni Luh Asriyati, Woro Siswanto, Maria Redonna, Rahayu, dan Nur Kholis. Di usia 50-an tahun, mereka tetap berjuang menyelesaikan studi dan berhasil meraih gelar sarjana dan profesi.

Mereka yang dari latar belakang non-muslim, seperti Maria, Anastasia, dan Woro membuktikan, Unusa dapat menjadi rumah belajar bagi siapa saja tanpa memandang keyakinan. Kehadiran mereka memperkuat citra Unusa sebagai kampus yang inklusif dan menjunjung tinggi keberagaman.

Baca Juga:  Awali Dies Natalis ke-65, ITS Gelar Jalan Sehat dan Penanaman Pohon di Lingkungan Kampus

Anastasia Ni Luh Asriyati, wisudawan Prodi S1 Keperawatan, bercerita meski awalnya sempat diliputi keraguan, karena berbeda keyakinan dengan agama yang dianutnya, perempuan asal Denpasar itu justru menemukan kenyamanan selama berkuliah di Unusa.

“Saya mendapat banyak pelajaran tentang toleransi. Apalagi saat mata kuliah Aswaja, saya belajar banyak tentang kebaikan dari teman-teman muslim,” katanya.

Sedangkan, bagi Woro Siswanto, wisudawan non-muslim lainnya mengatakan, ia mengaku diterima dengan hangat oleh lingkungan kampus dan tidak pernah merasakan adanya kecanggungan, baik dari sisi agama maupun usia.

Baca Juga:  STORIA 2025 Fakultas Kedokteran Gigi Unair Padukan Pengabdian Ilmiah dan Olahraga

“Di sini saya justru merasa nyaman. Tidak ada perbedaan perlakuan, semuanya berjalan penuh toleransi dan persaudaraan,” terangnya.

Di sisi lain, alasan untuk terus mengembangkan ilmu di usia yang tidak lagi muda diakui Nur Kholis, yang tercatat sebagai wisudawan tertua.

Menurutnya, bidang keperawatan terus berkembang dari waktu ke waktu, karena itu jika dirinya tidak memperdalam melalui kuliah, maka akan tertinggal.

“Alhamdulillah, darah daging saya sejak awal di Keperawatan, masuk SPK tahun 1994, lalu ambil diploma di Poltekes, dan lanjut S1 dan Ners di Unusa,” pungkasnya. (aci)