Mahasiswa ITS Perbanyak Hasil Panen Maggot melalui Pakan Biofeed dan IoT

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) inovasikan metode untuk meningkatkan mutu larva Black Soldier Fly (BSF) melalui pakan biofeed modified microbe dan alat pemantau lingkungan kandang, untuk meningkatkan kualitas maggot.

Digunakannya sistem Internet of Things (IoT) dalam alat turut mengambil peran dalam memperbanyak hasil panen maggot.

Ketua tim penelitian Istighfaroh Rima Nafiullatif mengatakan, inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu produksi maggot yang dilakukan di Istana Maggot Surabaya melalui efisiensi nutrisi pakan dan lingkungan kandang.

“Dengan diterapkannya aspek tersebut, mutu dari maggot naik secara signifikan. Hal itu terbukti dari bertambahnya beberapa aspek, seperti pada bobot maggot yang meningkat 42,35 persen, panjang bertambah 25,68 persen, dan kadar protein naik 39,06 persen,” ujar Faroh, Selasa (26/11/2024).

Baca Juga:  ITS Peringkat 77 Dunia versi THE Interdisciplinary Science Rankings 2025

Faroh menjelaskan, biofeed modified microbes merupakan inovasi pakan yang dicetuskan dari tim ini. Konsorsium bakteri digunakan dalam pakan tersebut sebagai agen dalam meningkatkan nilai nutrisi dalam maggot.

“Komunitas simbiosis bakteri ini terbukti dapat melakukan fermentasi limbah organik secara efektif dengan memecah molekul selulosa di dalamnya. Mereka akan menghidrolisis selulosa sehingga maggot dapat mencerna pakan lebih efisien,” jelas mahasiswi Departemen Biologi ITS itu.

Faroh menyebut, mudahnya kultivasi konsorsium bakteri menambah rentetan keunggulan pakan ini. Dengan aktivator seperti limbah nanas dan air kelapa, mikroba fermentor dapat memperbanyak diri dan dapat dilipatgandakan secara terus menerus.

Baca Juga:  Atlet Petanque Unesa Raih Medali Emas dan Perunggu di Kompetisi Internasional

“Nanas mengandung enzim bromelin yang dapat meningkatkan protein, sedangkan air kelapa digunakan sebagai sumber nitrogen untuk pertumbuhan bakteri,” ungkapnya.

Kultivar tersebut akan dibiakkan selama tiga hari, kemudian digabungkan bersama sampah organik yang telah dicacah dalam gentong tertutup. Proses pengolahan pakan seperti ini dapat meningkatkan kualitas dari maggot dengan mengecilkan ukuran substrat limbah organik.

Baca Juga:  Mahasiswa PCU Ajak Warga Terapkan 5R dengan Metode Eco-enzyme

“Dengan itu, maggot dapat mencerna molekul lebih mudah dan menyerap lebih banyak nutrisi. Molekul besar memperlambat pencernaan, membuat penyerapan nutrisi menjadi sulit dan lama,” terangnya.

Peningkatan mutu juga dilakukan dengan memonitoring siklus hidup maggot dengan memberikan aspek lingkungan yang cocok untuk proses perbanyakannya. Sehingga, produktivitas kawin serta reproduksi dapat didorong melalui penyediaan kondisi lingkungan yang cocok. Dengan bantuan sensor dan sistem IoT, pemenuhan suhu dan kelembaban dapat secara otomatis diatur menyesuaikan kebutuhan kandang.

Berkat inovasi yang dipandu dosen dari Departemen Biologi ITS Dr Techn Endry Nugroho Prasetyo SSi MT, Kelompok Program Kreativitas Mahasiswa-Penerapan Iptek (PKM-PI) ITS tersebut juga telah sukses meraih juara II pada kategori Poster di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-7 2024, beberapa waktu lalu. (aci)