Opini
PROBLEMATIKA KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA INDONESIA (4/HABIS) : Dulu Super Star is Born, Tapi Sekarang…..

Pasca usia Grassroots, penempaan kondisi fisik akan mengalami peningkatan. Hasil latihan yang diperoleh dari fase sebelumnya dapat dijadikan pijakan untuk menentukan beban latihan selanjutnya. Mereka memasuki fase ekstensif menuju fase intensif dan selanjutnya mencapai fase spesifik. Rangkaian proses tersebut membutuhkan waktu lama, bisa mencapai 10-12 tahun untuk mencapai puncak prestasi seorang pemain.

Fase ekstensif atau disebut juga sebagai fase penguatan dasar bertujuan mengembangkan otot-otot secara umum dan terhadap otot-otot yang spesifik digunakan dalam permainan sepak bola.

Pemain mulai dikenalkan dengan beban luar ketika mereka menjalani latihan kekuatan. Beban luar bisa dimulai dari 30 % dari beban kekuatan maksimalnya. Pengembangan daya tahan kardiovaskuler atau sering disebut aerobic capacity (basic endurance) ditingkatkan menuju ke aerobic power (spesific endurance) ketika pemain sudah menginjak usia 13 tahun.

Sementara komponen kecepatan yang memiliki banyak ragamnya, seperti kecepatan reaksi, kecepatan eksekusi, kecepatan akselerasi dan kecepatan daya tahan dikembangkan secara simultan dengan komponen kondisi fisik lainnya.

Pada pengembangan kekuatan, pelatih harus paham otot-otot mana yang perlu dikembangkan pada pemain sepak bola. Secara fisiologis, otot pemain sepak bola yang perlu dikembangkan dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu otot tubuh bagian atas, tengah dan bawah.

Bagian tubuh bagian atas meliputi Pectoralis Major (dada), Latimus Dorsi (punggung), Deltoid (bahu), trisep dan bisep (lengan atas), trapezius (leher sampai punggu).

Rectus abdominalis termasuk otot tubuh bagian tengah tubuh, sedangkan bagian bawah terdiri atas Gluteals (pantat), psoas minor dan major (pinggul), Quadriceps (paha depan), Lateral dan Medial Hamstring (paha belakang), Gastrocnemius, Soleus, Achlles Tendon (betis belakang), Tibialis Anterior (betis depan).

Pengembangan otot-otot tersebut tidak hanya bisa dilakukan di lapangan, tetapi juga di tempat khusus seperti di gymnasium atau fitness center dengan bantuan beban luar.

Marcelino Ferdinand, pemain Tim Nasional Indonesia pernah menyampaikan kepada penulis, selama ditangani Shin Tae-yong latihan di gymnasium hampir dilakukan setiap hari.

Tujuan latihan ini adalah untuk mengembangkan kekuatan dan daya tahan otot. Beban latihan ini tidak boleh lebih dari 80% dari kekuatan maksimal seorang pemain. Tujuannya bukan untuk body building seperti halnya atlet binaraga, tetapi ditujukan untuk menunjang kekuatan fungsional yang dibutuhkan dalam gerakan permainan sepak bola.

Latihan endurance atau daya tahan, ditingkatkan levelnya dari aerobic capacity (70-80%) menuju aerobic power (85-90%). Ini berlakukan kepada pemain usia 16-17 tahun dan setelah usia tersebut, intensitasnya bisa dinaikan hingga 90-100%.

Untuk memonitor kebugaran pemain sebagai dampak dari latihan kondisi fisik yang telah diprogramkan bisa dilakukan dengan tes laboratirum atau tes lapangan seperti Multistage Fitness Test dengan indikator VO2max.

Pesepakbola terlatih bisa memiliki VO2 max dikisaran 65-70 ml/kg/min, tergantung pada usia, posisi bermain dan level pemain itu sendiri.

Di usia 13-14 tahun merupakan masa keemasan pengembangan VO2 max. Pada usia ini akan menjadi pedoman untuk pengembangan selanjutnya.

Setelah usia 16 tahun, menurut FIFA dalam pedoman pembinaan sepak bola usia muda, kenaikan VO2 max hanya akan naik 3.5 hingga 5 ml/kg/min dan setelah usia 20 tahun ke atas VO2 max bersifat stabil dan sulit untuk ditingkatkan.

Seperti penulis sampaikan pada artikel sebelumnya, buruknya kondisi fisik pemain Tim Nasional ataupun pemain senior yang bermain di Liga Indonesia bukan karena masa persiapan latihan kurang, tetapi ada kaitannya dengan kondisi fisik yang mereka miliki pada usia grassroots hingga remaja.

Selain faktor latihan terprogram dan berkesinambungan, keterlibatan pemain pada sebuah kompetisi berjenjang, asupan nutrisi dan pola istirahat yang baik akan menjadi faktor penting dalam pengembangan VO2max pemain.

Unsur kecepatan merupakan faktor penting dalam permainan sepak bola, baik kecepatan dengan bola maupun tanpa bola. Kombinasi kecepatan dengan daya tahan akan membentuk terjadinya stamina, kombinasi kecepatan dengan kekuatan akan melahirkan power dan kombinasi kecepatan dengan kelentukan memunculkan kelincahan.

Secara spesifik kecepatan dibutuhkan seorang pemain yang berposisi sebagai penyerang dan bertahan. Pada sebuah pertandingan senior, sprint atau lari yang membutuhkan kecepatan dapat terjadi 100 hingga 150 kali dengan jarak antara 10-40 meter. Rata-rata sprint terjadi di jarak 20 meter, karena itu tidak salah jika latihan pengembangan kecepatan banyak dilakukan pada jarak tersebut.

Perlu diperhatikan, latihan kecepatan tidak harus dilakukan pada arah lurus saja tetapi juga berbalik arah. Latihan ini disesuaikan dengan karakteristik permainan sepak bola yang bersifat open skill, yakni situasinya tidak bisa diprediksi.

Pemahaman pelatih terhadap komponen kondisi fisik dan cara pengembangannya akan menjadi faktor penentu terciptanya pesepakbola yang memiliki kondisi fisik yang tangguh.

Pemain hebat bukan semata-mata karena bakatnya, tetapi karena mereka dibentuk oleh sistem dan lingkungan yang mendukungan untuk mengeksplorasi bakatnya. Dulu, super star is born, sekarang super star is made by design. (*/habis)

Penulis : Imam Syafii
Dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan
Universitas Negeri Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *