KISAH PENGUNGSI DARI PALU: Jualan Roti Sejak 2008 mampu Bangun Rumah, Ambruk Digoyang Gempa
SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Joko Waluyo (34) warga Boyolali bersama keluarganya tiba di Bandara Juanda, Rabu (3/10/2018) malam.
Joko dan keluarganya termasuk 175 rombongan pengungsi dari Palu dan Donggala yang tiba di Juanda, Rabu (3/10/2018) sekitar pukul 19.10 WIB. Mereka korban bencana gempa dan tsunami.
Pria yang menetap di Palu sejak 2008 itu bersama dua anak, isteri, mertua perempuan dan dua adik iparnya begitu tiba di Bandara Juanda tidak langsung menuju kampung halamannya, Boyolali. Mereka menginap di Wisma Bhaskara Jaya Jalan Juanda Sidoarjo. Rencananya, mereka baru pulang ke Boyolali, Kamis (4/10/2018). Total ada 20 pengungsi yang menginap di Wisma Bhaskara Jaya.
“Kami sudah mengabari keluarga di Boyolali, besok kami meneruskan perjalanan ke Boyolali,” kata Joko Waluyo menjawab suryakabar.com, Rabu (3/10/2018) malam.
Sehari-hari Joko Waluyo di Palu berjualan roti. Dari hasil berjualan roti itu, Joko mengisahkan sudah berhasil membangun rumah, meskipun dari papan.
“Rumah itu sekarang hancur, ambruk tidak bisa dihuni,” paparnya.
Saat gempa melanda Palu, Jumat (28/9/2018) petang, Joko mengaku akan mandi usai bekerja. Meski rumahnya ambruk, dia dan keluarganya tidak ada yang terluka parah.
“Saya hanya luka lecet-lecet di kaki ini, karena begitu terasa ada gempa, langsung berhamburan keluar rumah,” ujarnya sambil menunjukkan luka lecet yang sudah mulai mengering.
Sebenarnya, Joko Waluyo berniat bertahan di Palu, namun karena gempa susulan masih sering terjadi, akhirnya dia memutuskan untuk pulang ke Boyolali.
“Hampir tiap jam masih digoyang gempa, tadi mau berangkat ke sini masih ada gempa. Jadi sementara menenangkan pikiran dulu, kalau Palu sudah tenang mungkin kembali. Harta bisa dicari, yang penting keluarga selamat, kami sudah sangat bersyukur. Apalagi kami sekarang sudah bisa pulang sampai ke Jawa,” tandasnya. (es)