Pendidikan
170 Peserta Hadiri Konferensi Internasional Kesusastraan ke-34 HISKI Bahas Peran Sastra di Era Digital
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Peran sastra di tengah derasnya arus digitalisasi saat ini menjadi tantangan tersendiri sekaligus sebagai kekuatan moral dan sosial.
Hal itu menjadi salah satu pembahasan dalam Konferensi Internasional Kesusastraan ke-34 (KIK-34) yang digelar Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jawa Timur di Surabaya, Jumat (10/10/2025).
Konferensi ini dihadiri sekitar 170 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Banda Aceh hingga Papua. Tahun ini, Universitas Negeri Surabaya (Unesa) ditunjuk sebagai tuan rumah.
Ketua Panitia KIK-34 Prof Pratiwi Retnaningdyah MHum MA PhD mengatakan, konferensi ini mengusung tema “Sastra dan Aktivisme Sosial” yang berarti sastra tidak seharusnya terpisah dari kehidupan masyarakat.
Menurutnya, sastra memiliki kekuatan untuk menjadi cermin, pengkritik sekaligus pendorong perubahan sosial. “Di tengah isu global dan lokal yang kompleks, kata-kata bisa membangkitkan kesadaran dan empati,” ujarnya.
Dosen Sastra Inggris Unesa itu juga menyoroti tantangan sastra di era digital saat ini. Ia menilai kemajuan teknologi sering kali membuat masyarakat lebih memilih hal instan, sedangkan sastra menuntut perenungan dan empati.
“Ketika teknologi membuat orang ingin serba cepat, kita justru butuh sastra agar hati tetap lembut dan manusiawi. Sastra tidak bisa digantikan mesin,” ungkapnya.
Prof Pratiwi menyebut, dunia kampus kini beradaptasi dengan perkembangan zaman melalui pengembangan mata kuliah Humaniora Digital, yang menggabungkan pendekatan sastra dengan teknologi informasi.
“Mahasiswa tidak hanya meneliti teks, tetapi juga belajar memanfaatkan teknologi untuk memperluas kajian sastra,” terangnya.
Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, Pemeringkatan, Publikasi, dan Science Center Unesa Dr Bambang Sigit Widodo MPd menegaskan, hasil konferensi ini memperkuat kontribusi sastra terhadap pembangunan karakter bangsa.
“Kami berharap konferensi ini menghasilkan publikasi ber-ISBN dan karya ilmiah yang memperkuat posisi sastra dalam pembangunan nasional,” tegas Bambang.
Menurutnya, sastra bukan hanya hiburan, namun kekuatan yang mampu menggerakkan masyarakat. Sastra ditulis bukan sekadar unuk dinikmati, namun kebermanfaatan.
“Ketika masyarakat gemar membaca dan mengapresiasi karya sastra, mereka akan terdorong untuk berbuat hal-hal yang beradab,” katanya.
Dalam kesempatan ini, sebanyak 70 buku baru karya anggota HISKI diluncurkan. Salah satunya, Humaniora Digital yang merupakan hasil kolaborasi 42 profesor dan tim akademisi dari Aceh hingga Papua. Karya itu disebut sebagai bentuk nyata kerja kolegial yang diharapkan Dewan Pakar HISKI. (aci)