Pendidikan
Temukan Inovasi, 6 Mahasiswa UMM Lulus Tanpa Skripsi

MALANG, SURYAKABAR.com – Enam mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil mencatat prestasi gemilang.

Melalui proyek inovasi dan pendampingan pengolahan sampah di Desa Kayu Kebek, Pasuruan, mereka resmi dinyatakan lulus tanpa skripsi.

Keputusan ini disampaikan langsung oleh Kabiro Bidang V UMM, Dr. Salahudin, S.IP., M.Si., M.P.A., di hadapan forum pameran inovasi dan penandatanganan kerjasama antara UMM, pihak desa, dan pemerintah Kabupaten Pasuruan, Juli lalu.

Program ini adalah hasil dari praktikum mata kuliah Politik Lingkungan praktikum yang kemudian dikolaborasikan dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), DPRD Kabupaten Pasuruan, dan Pemerintah Desa Kayu Kebek.

Baca Juga:  Unesa dan Forum Rektor Indonesia Deklarasi Komitmen Pengentasan Kemiskinan dan Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat

Sebagai Dosen Pengampu mata kuliah, Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si., menyebut kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk Ketua DPRD beserta komisi-komisi, pejabat Muspika dan Muspida, serta calon investor.

Selama dua hingga tiga bulan, mahasiswa mengembangkan tiga inovasi utama. Pertama, eco-enzyme berbahan limbah buah dan sayuran yang banyak dihasilkan desa setempat, terutama jeruk dan apel.

Produk ini diajarkan kepada warga, PKK, dan pemuda, serta direncanakan untuk dikembangkan menjadi berbagai turunan produk.

Baca Juga:  CubeBot, Robot Karya Mahasiswa UMM untuk Atasi Kecanduan Gadget

Kedua, lilin aromaterapi dari minyak jelantah yang mengundang minat investor. Varian aroma seperti lavender dan lainnya dikembangkan dengan rencana pembentukan bank jelantah bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk menjamin pasokan bahan baku.

Ketiga, smokeless burn barrel, alat pembakaran sampah dengan minim asap dan residu yang hasil arangnya akan diolah menjadi briket.

“Inovasi para mahasiswa ini juga dinilai sangat relevan untuk mengatasi masalah pengelolaan sampah desa yang sebelumnya belum terpecahkan,” kata Ruli.

Konsistensi dan keberlanjutan menjadi nilai lebih proyek ini. Desa Kayu Kebek sebelumnya adalah lokasi KKN UMM kelompok mahasiswa tersebut, sehingga ikatan dan kepercayaan warga telah terbangun.

Bahkan, setelah kegiatan pengabdian selesai, mereka tetap mendampingi desa dalam program digitalisasi dan pengelolaan sampah.

Baca Juga:  Menko Muhaimin: BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akan Masuk Kurikulum Pendidikan

Lebih lanjut, Ia menegaskan proyek ini merupakan kali pertama Tugas Akhir di Prodi HI diwujudkan dalam bentuk proyek berdampak di masyarakat, menggantikan model tradisional skripsi.

Selama ini, Tugas Akhir umumnya berupa publikasi jurnal ilmiah. Mereka adalah Ahmad Ferian Perwira Yudha, Hans Y Nanda, Muhammad Aditya Gus Ismoyo, Nikita Angelina, Dinda Dwi Murhidayah, dan Alfinda Wijaya.

Setelah itu, mereka diarahkan untuk membuat proposal laporan Tugas Akhir sebagai bentuk pertanggungjawaban yang harus diselesaikan.

Keberhasilan ini mendorong Pemerintah Kabupaten Pasuruan untuk menjadikan Desa Kayu Kebek sebagai percontohan pengelolaan sampah terpadu.

DLH juga telah menyiapkan dukungan infrastruktur seperti pos sampah dan rencana pembangunan TPA sebagai tempat pengolahan.

Menariknya, desa tersebut akan diikutsertakan dalam lomba inovasi lingkungan tingkat kabupaten, provinsi, hingga nasional mewakili Kabupaten Pasuruan.

Program ini sejalan dengan visi UMM sebagai Kampus Berdampak, dimana mahasiswa tidak hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga menghadirkan solusi konkret bagi masyarakat.

Harapannya, model Tugas Akhir berbasis proyek ini dapat menjadi tradisi baru yang berkelanjutan di Prodi HI UMM, memadukan ilmu, aksi nyata, dan kontribusi global.

“Aksi dan inovasi mahasiswa ini membuktikan bahwa isu lingkungan global bisa dijawab melalui aksi lokal yang konsisten dan kolaboratif,” pungkasnya. (abs)