EJAVEC 2025 BI Jatim Hasilkan 376 Naskah Penelitian dan Siap Diterbitkan dalam Jurnal

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur (KPw BI Jatim) menerima 376 naskah penelitian dalam ajang East Java Economic Forum (EJAVEC) 2025. Jumlah tersebut naik 230 persen dibanding tahun sebelumnya yakni 163 naskah.

Deputi Kepala BI Jatim Muhammad Noor Nugroho mengatakan, komposisi peserta kali ini relatif seimbang, yakni 177 naskah dari masyarakat umum dan 199 dari kalangan mahasiswa.

Menariknya, sejumlah kajian mengangkat topik yang jarang dibahas, seperti kontribusi tenaga kerja pra-lansia terhadap perekonomian, potensi pariwisata, hingga kajian berbasis Darwinisme.

“Isu-isu ini akan melengkapi kajian ekonomi dan memberi perspektif baru bagi penguatan perekonomian Jawa Timur,” ujar Noor Nugroho, Selasa (12/8/2025).

Baca Juga:  Menko Muhaimin: BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan akan Masuk Kurikulum Pendidikan

EJAVEC 2025 digelar BI Jatim bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair) serta Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jatim di ballroom mall Ciputra World Surabaya (CWS), Selasa (12/8/2025).

Mengusung subtema Meningkatkan Produktivitas, Inovasi, dan Kapasitas Ekonomi Jawa Timur di Tengah Tantangan Global, forum ini menjadi wadah berbagi pemikiran, solusi, dan rekomendasi kebijakan.

Topik yang paling banyak diangkat peserta, meliputi strategi peningkatan produktivitas industri padat karya, pengembangan pertanian dan UMKM, ketahanan pangan, stabilitas harga, serta penguatan sektor pariwisata.

Baca Juga:  SEGTA 2025 FTMM Unair Resmi Ditutup, 62 Mahasiswa Asing dari 9 Negara Turut Berpartisipasi

Dari sisi pertanian, sejumlah rekomendasi menyoroti pentingnya digitalisasi, pemetaan ketahanan pangan, dan strategi stabilisasi harga.

Pada sektor industri, peserta mengusulkan penguatan kemitraan antarwilayah, optimalisasi kebijakan substitusi impor, dan kolaborasi antara pemerintah, pendidikan vokasi, serta industri untuk merancang kurikulum koperasi berbasis sistem pabrik (factory system).

Kajian pariwisata menemukan bahwa 47 persen destinasi wisata di Jatim tergolong tertinggal dalam adaptasi digital. Wisata alam menjadi kategori paling rentan, sedangkan wisata buatan dan budaya relatif lebih siap.

Pada aspek ketenagakerjaan, hasil riset menegaskan pentingnya adaptasi digital, serta peningkatan pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Baca Juga:  DJP Jawa Timur Perkuat Sinergi dengan Kejati Jatim untuk Penegakan Hukum Pajak dan Pemberantasan Rokok Ilegal

Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyambut baik meningkatnya partisipasi tahun ini. Menurutnya, EJAVEC bukan sekadar forum akademis, namun juga sarana strategis menggali potensi ekonomi daerah.

“Hampir seperenam perekonomian nasional ada di Jawa Timur. Dengan populasi 42 juta jiwa, kita punya peluang besar mendorong ide-ide relevan demi memperkuat daya saing daerah,” ungkapnya.

Salah satu rekomendasi penting yang ia soroti adalah penguatan konsep Gerbang Baru Nusantara, di mana Jatim perlu aktif menjalin kerja sama investasi lintas provinsi agar tidak hanya menjadi penerima bahan mentah, tetapi bagian dari rantai pasok teknologi dan industri nasional.

Emil juga menyoroti penurunan kontribusi industri tembakau terhadap PDRB Jatim, dari 7 persen menjadi 6 persen, yang dipengaruhi perubahan daya beli dan pola konsumsi masyarakat. Ia mengingatkan, 60 persen PDRB Jatim disumbang konsumsi, sehingga kelancaran distribusi barang dan jasa menjadi kunci.

Rekomendasi lain dari EJAVEC mencakup strategi adaptif terhadap tren belanja daring, percepatan pembangunan infrastruktur, pengembangan industri berbasis teknologi, serta peningkatan kualitas SDM digital dan logistik.

Forum ini juga mendorong pemerataan ekonomi dengan mempercepat pengembangan wilayah hinterland seperti Madura, Situbondo, dan Pacitan agar tak tertinggal dari kawasan industri utama.

Seluruh hasil penelitian EJAVEC 2025 akan diterbitkan dalam jurnal EJAVEC yang dikelola bersama FEB Universitas Airlangga dan BI Jatim.

Tahun ini, jurnal tersebut meraih akreditasi SINTA peringkat bintang 3 dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. (aci)