Pendidikan
Kolaborasi ITS dan Unair Perkuat Kepemimpinan Riset ASEAN Lewat Forum BCG 2025

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berkolaborasi dengan Universitas Airlangga (Unair) menjadi tuan rumah kegiatan akbar ASEAN Bio-Circular-Green Economy (BCG) Network Meeting 2025 yang digelar di Gedung Rektorat ITS, Sabtu (14/6/2025).

Forum ini menjadi langkah konkret penguatan kerja sama riset dan inovasi berkelanjutan berbasis prinsip bio, sirkular, dan hijau.

Dalam pembukaan forum, Wakil Rektor III Bidang Sumber Daya Manusia, Organisasi, dan Teknologi Sistem Informasi (SDMO dan TSI) ITS Imam Baihaqi ST MSc PhD menekankan pentingnya riset berkelanjutan sebagai prioritas institusi.

“Bahwa kolaborasi regional akan memperkuat dampak inovasi ITS. Kami berkomitmen untuk mengembangkan riset green manufacturing, circular economy, dan energi terbarukan,” ujarnya.

Baca Juga:  Kemendiktisaintek Apresiasi Produk Karya Mahasiswa Vokasi Unair dan Dorong Masuk Dunia Industri

Pertemuan strategis ini dihadiri delegasi dari delapan negara anggota ASEAN yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Kamboja, dan Myanmar. Selain itu, juga ditambah lagi satu mitra dialog yakni dari Jepang. Para delegasi ini merupakan perwakilan badan riset dan universitas.

Sebelum memulai meeting, para delegasi melakukan kunjungan lebih dulu ke lokasi proyek Renewable Energy Innovation and Development Initiative (REIDI) ITS. Dalam kunjungannya ini, delegasi disambut demonstrasi sistem energi hibrida yang mengintegrasikan panel surya, biomassa, dan teknologi rooftop agrikultur.

Teknologi ini mampu menghasilkan energi listrik hingga 300 kWh dan digunakan untuk menyuplai listrik laboratorium secara mandiri. Inovasi ini menjadi bukti kesiapan ITS dalam mendukung riset transisi energi terbarukan di kawasan ASEAN.

Baca Juga:  Masterclass Hadir dalam Rangkaian Festival Sinema Australia-Indonesia 2025 di Surabaya

Dalam presentasinya, Koordinator Operasional REIDI ITS Dedet Candra Riawan ST MEng PhD menjelaskan, REIDI merupakan platform riset yang mengintegrasikan panel surya, biomassa, dan sistem penyimpanan energi dalam satu sistem otonom. Ia menegaskan, REIDI dirancang untuk mendukung transisi energi bersih dan mandiri.

“Kami ingin menciptakan ekosistem riset yang mendukung transisi energi bersih, dari generasi hingga distribusi,” ungkapnya.

Selain ke REIDI, para delegasi juga berkesempatan mengunjungi Laboratorium Teknik Lingkungan ITS, tempat dilakukannya riset pemanfaatan larva Black Soldier Fly (BSF) untuk konversi limbah organik.

Riset ini merupakan hasil kolaborasi ITS dengan Nanyang Technological University (NTU) Singapura dan beberapa institusi ASEAN lainnya. Teknologi ini menunjukkan efektivitas tinggi dalam mengolah limbah menjadi biomassa yang bernilai guna, sekaligus mendukung agenda ekonomi ssirkular.

Baca Juga:  Pertama Kali, PMI Kota Malang Catat Sejarah Kirim Plasma ke Korea Selatan

Kepala Pusat Riset Infrastruktur dan Lingkungan Berkelanjutan ITS Prof Ir I Dewa Ayu Agung Warmadewanthi ST MT PhD menjelaskan, larva BSF memiliki potensi besar dalam mengubah limbah organik menjadi biomassa seperti pupuk, pakan ternak, hingga material bioplastik.

“Teknologi ini tidak hanya mendukung pengurangan sampah, tetapi juga menawarkan solusi sirkular dalam pengelolaan limbah berbasis riset dan inovasi,” jelasnya.

Kepala Program Studi Bioteknologi ITS, Triono Bagus Saputro SSi MBiotech memperkenalkan kurikulum baru berbasis bioteknologi hijau. Program ini dirancang untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi peneliti unggul di bidang agroteknologi dan nanobioteknologi.

“Penelitian mahasiswa akan difokuskan pada eksplorasi metabolit sekunder tanaman fungsional, produksi nanopartikel perak, serta pengembangan mikroalga sebagai sumber protein dan antioksidan yang lebih kuat dari vitamin C,” terangnya.

Ketua Pelaksana ASEAN BCG Network Meeting 2025, Prof Ketut Eddy Purnama ST MT menyampaikan harapan agar forum ini dapat lebih mempererat kolaborasi riset antarnegara di kawasan ASEAN. Ia menilai sinergi ini penting untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan secara nyata.

“Kami ingin ITS menjadi simpul kolaborasi ASEAN dalam membentuk masa depan yang tangguh secara ekologis dan sosial,” pungkas Kepala Pusat Studi Kecerdasan Artifisial dan Teknologi Digital ITS tersebut. (aci)