Haji 2025
Perjuangan Seorang Jemaah Calon Haji dari Lumajang ke Tanah Suci, Mengayuh Becak Sejak 1978 Akhirnya Berangkat Tahun Ini

LUMAJANG, SURYAKABAR.com – Syaifudin, pria berusia 75 tahun, yang sepanjang hidupnya menggantungkan nafkah dari mengayuh becak sejak 1978, berhasil mewujudkan impiannya untuk menunaikan ibadah haji.

Di balik tubuh renta dan tangan keriputnya, tersimpan semangat besar yang tak pernah pudar. Bagi banyak orang, mimpi ke Tanah Suci mungkin terasa jauh, apalagi bagi tukang becak. Namun, bagi Syaifudin, keyakinan dan ketekunan justru menjadi modal utama mewujudkan impian itu.

Tahun 2025 ini menjadi momen paling membahagiakan dalam hidupnya. Setelah hampir lima dekade mengayuh becak, impian mulia itu akhirnya terkabul. Syaifudin dan istrinya tercatat sebagai jemaah calon haji dari Kabupaten Lumajang.

Kabar mengharukan ini mengundang perhatian pemerintah daerah. Bupati Lumajang Indah Amperawati (Bunda Indah) bersama Wakil Bupati Yudha Adji Kusuma dan Kepala Dinas Sosial, meluangkan waktu untuk mengunjungi kediaman Syaifudin, Sabtu (3/5/2025).

Kedatangan mereka bukan hanya sebagai bentuk penghormatan, tetapi juga dukungan moral atas perjuangan hidup Syaifudin. Dengan penuh haru, Syaifudin menyambut para tamu dengan senyum bahagia dan mata berkaca-kaca.

Baca Juga:  Embarkasi Surabaya Telah Berangkatkan 2.651 Jemaah Calon Haji ke Tanah Suci

“Beliau ini contoh nyata bahwa tidak ada usaha yang sia-sia. Dengan penghasilan terbatas, beliau tetap menabung, bertahun-tahun lamanya. Ini bukan hanya soal pergi haji, tapi tentang keteguhan hati dan nilai-nilai hidup yang luar biasa,” tutur Bunda Indah dalam sambutannya dikutip portalberita.lumajangkab.go.id.

Sementara itu, Wakil Bupati Mas Yudha menyampaikan harapan agar perjalanan ibadah haji Syaifudin berjalan lancar dan penuh keberkahan. “Kami doakan semoga menjadi haji yang mabrur dan membawa inspirasi bagi warga Lumajang lainnya,” ucapnya.

Syaifudin tak banyak berkata-kata. Ia hanya menundukkan kepala, menahan air mata haru. “Saya cuma ingin ibadah haji bersama istri saya, sebelum ajal menjemput,” katanya lirih.

Setiap hari, selama puluhan tahun, Syaifudin mengayuh becak menyusuri jalanan Lumajang. Ia tak pernah mengeluh meski cuaca panas, hujan, atau tubuh lelah. Semua ia jalani dengan niat tulus mencari nafkah yang halal.

Tak ada tabungan besar. Tak ada pemasukan tetap. Tapi ada tekad yang tak bisa dinilai dengan angka. Setiap keping uang receh yang bisa disisihkan, ia tabung sedikit demi sedikit.

“Saya tidak pernah tergoda untuk memakai uang tabungan itu, meskipun hidup kadang sangat sulit,” ucap Syaifudin, mengenang masa-masa sulit saat kebutuhan rumah tangga mendesak.

Baca Juga:  Kisah Nenek Pedagang Kelontong Naik Haji, Rutin Menabung Rp 20 Ribu di Kotak Kayu

Istrinya, yang setia mendampingi dalam senyap, juga memainkan peran penting. Ia mengelola keuangan keluarga dengan hemat dan sabar, menyiapkan kebutuhan sehari-hari tanpa banyak menuntut.

Pasangan sederhana ini mengajarkan arti perjuangan yang sesungguhnya. Mereka tak pernah tampil menonjol. Rumah mereka pun sederhana. Tapi keyakinan mereka akan janji Allah begitu besar.

Kabar Syaifudin akan berangkat haji pun cepat menyebar di lingkungan sekitar. Para tetangga, pelanggan becaknya, dan kerabat memberikan ucapan selamat serta tak sedikit yang terharu menyaksikan perjuangannya.

Baca Juga:  Menag Lepas Jemaah Calon Haji Kloter Pertama, Menag: Jaga Niat dan Kesehatan

Bahkan beberapa warga mengatakan, Syaifudin telah menjadi “guru kehidupan” bagi mereka. “Kita sering merasa susah, padahal belum seujung kuku perjuangan Pak Syaifudin,” ujar salah satu tetangganya.

Pemerintah Kabupaten Lumajang pun berharap agar kisah ini bisa menjadi motivasi bagi generasi muda. Bahwa hidup sederhana dan jujur, bukanlah hambatan untuk bermimpi besar.

Syaifudin dijadwalkan berangkat haji bersama kloter asal Lumajang. Ia berharap dapat menjalankan semua rukun haji dengan lancar, dan kembali dalam keadaan sehat.

Kayuhan becak Syaifudin mungkin akan segera berhenti, namun jejak perjuangan dan ketulusannya akan terus mengayuh semangat banyak orang yang membutuhkannya.

Dari jalanan Lumajang menuju Tanah Suci, ia mengajarkan mimpi besar bisa dimulai dari langkah kecil dan hati yang ikhlas. (*)