Berita Sidoarjo
Komisi VII DPR RI Kunjungi BPIPI Tanggulangin, Berharap Industri Sepatu Kembangkan Pasar Lokal

SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Komisi VII DPR RI berkunjung ke Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI), di Kompleks Pasar Wisata, Desa Kedensari, Kecamatan Tanggulangin, Sidoarjo, Senin (14/4/2025) siang.

Pada kunjungan kali ini, para Legislator berharap, agar industri sepatu terus berinovasi agar market lokal terus berkembang di tengah rencana Amerika Serikat menerapkan tarif impor produk dari Indonesia sebesar 32 persen.

‎Ketua Rombongan Komisi VII DPR RI, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo mengatakan, tarif impor Amerika yang cukup tinggi tersebut bukan merupakan ancaman, namun sebuah peluang.

Kepada BPIPI, ia menanyakan mulai dari ketersediaan bahan baku produksi dan potensi market lokal untuk produk dalam negeri. Ia juga menyoroti banyaknya item bahan baku sepatu yang masih harus diimpor.

Baca Juga:  Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan: Pengawasan Ketat Terhadap Produk Ilegal untuk Lindungi Industri Lokal dan UMKM

‎Dia juga menyoroti sampah plastik yang harusnya bisa direcycle untuk bahan baku sepatu, seperti sol sepatu yang dilakukan beberapa pelaku usaha persepatuan daur ulang seperti di Bali.‎

‎”Saya kira, pemanfaatan sampah plastik untuk daur ulang sebagai bahan baku produksi industri Persepatuan sangat mungkin dilakukan. Ada beberapa perusahaan yang memanfaatkan hal itu, sebagai sol sepatu dan sebagainya. Mungkin hal ini bisa menjadi pandangan,” ungkap Rahayu.

Kunjungan kerja itu juga dihadiri Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Ir. Reni Yanita dan mitra kerja Komisi VII di BPIPI.

Baca Juga:  Bulan K3 Nasional 2025, Penguatan SDM dalam Menerapkan SMK3 untuk Produktivitas Industri

Reni Yanita mengatakan, beberapa tahun terakhir, industri sepatu Indonesia telah menunjukkan pertumbuhan yang stabil dan menjadi salah satu industri yang penting dalam perekonomian negara. ‎

‎”Dengan kualitas produksi yang tinggi dan dukungan pemerintah, industri sepatu Indonesia diharapkan dapat terus berkembang dan meningkatkan ekspor produk sepatu ke berbagai negara di dunia,” kata Reni.‎

‎Dia mengakui, 10 negara utama penerima ekspor alas kaki dan industri kulit di Indonesia antara lain, Amerika dan German. Potensi pasar global itu tentunya menjadi pendorong untuk industri Persepatuan terus berinovasi dalam memproduksi produk yang makin baik.‎

Baca Juga:  Universitas Brawijaya Paparkan Model Kampus AI di Forum Internasional 12 Negara

Sementara itu Samuel JD Wattimena anggota Komisi VII lainnya dari Fraksi PDI-Perjuangan, mengatakan, fashion designer belum masuk dalam kualifikasi produk alas kaki atau industri persepatuan Indonesia.

Menurutnya, poin penting itu harusnya menjadi salah satu pendorong dalam pemasaran produk alas kaki atau industri persepatuan.

‎”Fashion designer ini saya lihat belum masuk dalam poin di BPIPI. Kami harapkan hal ini menjadi hal yang penting dalam menarik minat pasar dalam industri persepatuan,” ucapnya.

Industri sepatu Indonesia saat ini mendapat tantangan luar biasa di tengah tarif impor yang diterapkan Amerika Serikat sebesar 32 persen. Tantangan lainnya yaitu masuknya sepatu bekas dari luar negeri yang masuk ke pasar lokal. (sat)