Pendidikan
Komitmen Unesa Lestarikan Seni Budaya Jawa, Dalam dan Luar Negeri
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Universitas Negeri Surabaya (Unesa) terus memperkuat unggulannya sebagai kampus seni-budaya dengan menjaga dan melestarikan nilai-nilai kejawaan dalam berbagai aspek.
Hal ini tampak dari penguatan infrastruktur, tata kelola akademik, hingga tradisi keseharian yang sarat nuansa Jawa, khususnya di lingkungan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) melalui Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa.
Dosen Pendidikan Bahasa Jawa Unesa Latif Nur Hasan mengatakan, Unesa tidak hanya menjadi tempat pendidikan, namun juga ruang pelestarian seni dan budaya Jawa. Salah satu buktinya adalah keberadaan infrastruktur khas Jawa di lingkungan kampus.
“Kami memiliki bangunan joglo, gazebo dengan ukiran khas Jawa, serta masjid yang didominasi elemen kayu dengan ukiran Jawa. Ini mencerminkan semangat kami untuk membumikan nilai-nilai kearifan lokal,” ujar Latif Nur Hasan.
Selain itu, Unesa menunjukkan komitmen kejawaan melalui kebijakan akademik yang unik. Di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, mahasiswa wajib menyusun skripsi dengan bahasa pengantar berbahasa Jawa, termasuk bagian abstrak yang ditulis menggunakan aksara Jawa.
Hal ini menjadi bentuk konkret pelestarian bahasa Jawa di ranah ilmiah. Tak hanya itu, pelestarian budaya Jawa juga dilakukan melalui busana.
Mahasiswa tingkat akhir yang mengikuti ujian skripsi wajib mengenakan busana Jawa, baik di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa maupun pada program Magister Seni Budaya. “Busana Jawa seperti beskap, kebaya, dan jarik menjadi bagian dari prosesi akademik yang sarat makna,” terangnya.
Tradisi lainnya yang dijaga adalah Kemis Kliwonan, di mana setiap Kamis Kliwon, dosen dan mahasiswa di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa diwajibkan memakai busana adat Jawa saat beraktivitas di kampus.
Hal ini menjadi bagian dari usaha Unesa menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokal sejak dini. Tak hanya itu, dalam aktivitas formal, Unesa juga menyelipkan penggunaan bahasa Jawa.
“Setiap rapat di Unesa dibuka dengan bahasa Jawa. Khusus di prodi kami, seluruh proses rapat dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Jawa,” ungkapnya.
Dengan berbagai upaya ini, Unesa membuktikan diri sebagai perguruan tinggi yang tidak hanya unggul secara akademik, namun juga kuat dalam menjaga identitas budaya.
“Ini adalah wujud nyata kami dalam mendukung pelestarian budaya Jawa sekaligus menjadi bagian dari kontribusi Unesa dalam pencapaian pemeringkatan Jawametrik,” jelasnya.
Selain itu, memperkokoh seni dan budaya Jawa di kampus, Unesa juga kerap mempromosikan seni dan budaya Jawa ke pentas internasional dalam berbagai bentuk program.
Terbaru, Unesa berkolaborasi dengan Atdikbud, KBRI Kuala Lumpur merintis program belajar bahasa Jawa di Malaysia. Serta, mengirim mahasiswanya dalam program pertukaran internasional untuk mengajarkan gamelan dan tari tradisional Jawa di Malaysia. (aci)