Mahasiswa UMM Kembangkan Alat Pembuat Briket Berbahan Limbah Kayu

MALANG, SURYAKABAR.com – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kembali menciptakan inovasi baru demi menyukseskan Indonesia Emas 2045.

Salah satunya datang dari mahasiswa Teknik Industri di Industrial Engineering Expo yang sukses merancang alat pembuat briket otomatis bernama ‘Automatic Briket Maker’.

Alat ini dapat mengolah limbah kayu menjadi sumber energi alternatif. Adapun Industrial Engineering Expo, de brilian ini bermula dari pengalaman mereka saat melakukan praktikum terintegrasi di sebuah pabrik mebel yang ternyata menghasilkan banyak limbah kayu yang tidak terpakai.

Baca Juga:  Humas UMM Raih Dua Penghargaan Bergengsi di Ajang Anugerah Diktisaintek 2024

Salah satu tim Lucky Argo Bramantyas mengatakan, pada awalnya mereka kebingungan ingin merancang alat apa. Hingga akhirnya mereka menemukan masalah banyaknya limbah kayu di pabrik mebel.

Dari situ, tim ini akhirnya mencoba menciptakan alat pembuat briket. Ia menjelaskan, fungsi utama alat ini adalah untuk mencetak dan menekan adonan briket dari bahan baku limbah kayu.

Mereka melakukan pengembangan prototipe lebih lanjut dengan menambahkan fitur pemotong otomatis yang bekerja sesuai gerakan dinamo serta pengendalian mesin melalui software Blynk berbasis IoT.

Baca Juga:  Rancangan Awal RKPD Kota Malang 2026, Pj Wali Kota Malang Fokus Penguatan Transformasi Ekonomi Inklusif

Hal ini tentu saja, memberikan kelebihan pada produk mereka dibandingkan dengan yang ada di pasaran. Selain itu, tingkat efisiensi penggunaan dayanya juga cukup baik, yakni hanya memerlukan daya 110V-220V.

Dengan tambahan pemotong otomatis, setiap briket yang dihasilkan memiliki ukuran yang konsisten, yaitu 5 cm. Namun, seperti halnya proses inovasi lainnya, tantangan juga hadir dalam pengembangan alat ini.

Baca Juga:  Daftar Pemain Timnas Indonesia U-20 di Turnamen Mandiri U-20 Challenge Series 2025

“Tantangan terbesar adalah memastikan codingan kami dapat terhubung dan terbaca oleh kode mikrokontroler ESP 32 yang juga terhubung dengan software Blynk. Selain itu, ada juga uji coba yang sering gagal, namun berkat kerja sama tim kami dapat mengatasinya,” ungkapnya.

Terakhir, Lucky dan tim berharap, alat Automatic Briket Maker bisa dikembangkan lebih lanjut. Misalnya dengan menambahkan pembuat adonan otomatis, pemotong horizontal, dan sensor berat yang akan menghentikan mesin jika bahan baku habis.

“Kami ingin briket yang kami buat bisa menjadi alternatif sumber energi yang ramah lingkungan dan membantu mengurangi ketergantungan pada energi berbasis batubara di Indonesia,” tutupnya. (abs)