Pendapatan Negara Regional Jawa Timur Sampai November 2024 Rp234,28 Triliun atau 81,45% dari Target Rp287,6 Triliun

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Perekonomian Jawa Timur tetap tumbuh di Triwulan III-2024 sebesar 4,91% year on year (yoy). Ini didorong kenaikan permintaan yang tercermin oleh kinerja ekspor dan impor yang lebih tinggi. Industri Pengolahan masih menjadi penopang utamanya. Inflasi Jawa Timur November 2024 tercatat 1,41% (yoy).

Hal itu terungkap saat perwakilan Kementerian Keuangan Provinsi Jawa Timur mengadakan Press Conference APBN KiTa Regional Jawa Timur sampai dengan 30 November 2024 secara luring bertempat di Aula Majapahit GKN Surabaya I Jalan Indrapura Nomor 5 Surabaya, Selasa (24/12/2024).

Hadir memimpin konferensi pers Agus Mirsatya Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Kanwil DJPb Jatim, Sugeng Pamilu Kepala Bidang P2 Humas DJP Jatim I, Kunawi Kabid Kepabeanan dan Cukai Kanwil DJBC Jatim 1 serta para pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan di Jawa Timur.

Acara ini juga diikuti secara daring melalui media Zoom Meeting oleh sejumlah pejabat dari kantor vertikal di lingkungan Kementerian Keuangan Jawa Timur, dan pejabat pengelola keuangan daerah, serta Local Expert dari Unair Surabaya Prof. Rudi Purwono.

Pada kesempatan itu disampaikan, per Oktober 2024 ekspor naik sebesar 15,15% (yoy), dan impor naik sebesar 21,37% (yoy).

Investasi di Jawa Timur per Triwulan III 2024 menempati posisi tiga terbesar se-nasional dengan rincian besaran PMA yaitu Rp13,88 Triliun dan PMDN sebesar Rp25,81 Triliun.

Realisasi KUR per 30 November 2024 sebesar Rp44,9 Triliun untuk 781.632 debitur, sedangkan UMi sebesar Rp1,18 Triliun untuk 149.031 debitur.

Realisasi Pendapatan Negara mencapai Rp234,28 Triliun atau 81,45% dari target sebesar Rp287,6 Triliun. Terdiri dari Penerimaan Perpajakan terealisasi sebesar 80,42% (Rp226,89 Triliun) dari target dan PNBP mencapai 134% (Rp7,39 Triliun) dari target (Rp5,5 Triliun).

Penerimaan Perpajakan disumbang penerimaan Ditjen Pajak sebesar Rp107,45 Triliun (82,58% dari target) dan penerimaan Kepabenan dan Cukai Ditjen Bea Cukai sebesar 119,44 Triliun (78,58% dari target).

“Semoga dengan effort sampai dengan akhir tahun 2024, target pendapatan baik dari penerimaan pajak, cukai serta PNPB bisa tercapai 100%,” terang Agus Mirsatya berharap.

Realisasi Belanja Negara sampai dengan November 2024 telah terserap Rp122,3 Triliun atau 88,71% dari pagu belanja negara di Jawa Timur.

Kinerja belanja negara terdiri dari Belanja K/L sebesar Rp45,27 Triliun dan Transfer Ke Daerah (TKD) mencapai Rp77,03 Triliun.

Sampai dengan November 2024 realisasi Belanja Pegawai Rp21,64 Triliun, Belanja Barang Rp17,64 Triliun, Belanja Modal Rp5,87 Triliun, dan Belanja Bantuan Sosial Rp121,8 Miliar bantuan kepada mahasiswa untuk peningkatan akses, mutu, relevansi, dan daya saing Pendidikan Tinggi.

Agus Mirsatya Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Kanwil DJPb Jatim menjelaskan terkait dukungan APBN untuk daerah di Jawa Timur.

Dukungan APBN ke APBD Jatim melalui TKD per 30 November 2024 terealisasi sebesar Rp77,04 Triliun (93,97% dari Pagu, tumbuh 7,23% yoy), dengan yang terbesar atas transfer DAU dan DAK Non Fisik.

Realisasi DAU sebesar Rp41,08 Triliun naik 11,52% (yoy), yang diprioritaskan untuk Specific Grant bidang pendidikan untuk mendukung peningkatan kualitas layanan dan penyediaan sarana prasarana pendidikan dengan terbesar penerimanya adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.

Realiasi DBH terkontraksi 4,86% (yoy) menjadi Rp9,87 Triliun. Terbesar dari sektor migas yang terbesar diterima Kabupaten Bojonegoro, Kota Surabaya dan Kabuapten Tuban.

Realisasi Insentif Fiskal terealisasi Rp878,92 Miliar naik 52,34% (yoy), yang di antara kegunaannya untuk pembangunan infrastruktur dan dukungan sosial. Penerima terbanyak adalah Kabuapten Mojokerto, Kota Madiun dan Kabupaten Lamongan.

Realisasi DAK Fisik Rp2,75 Triliun mengalami pertumbuhan 18,08% (yoy). DAK Fisik Jawa Timur mayoritas digunakan untuk sektor pendidikan, infrastruktur dan air minum dengan jumlah kontrak terbesar pada Kabupaten Sumenep, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Tuban.

Realisasi DAK Non Fisik Rp14,24 Triliun naik sebesar 2,77% (yoy). Alokasi terbesar DAK Non Fisik Jawa Timur pada bidang pendidikan, dan Tunjangan Profesi Guru dan kemudian kesehatan, terbesar penerimanya adalah Kota Surabaya, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Jember.

Dana Desa terealisasi Rp8,23 Triliun naik sebesar 4,4% (yoy). Penerima Dana desa terbesar tiga di antaranya adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bojonegoro.

“Transfer ke daerah, telah memberi manfaat dari penyalurannya dengan banyak output fisik pembangunan yang dihasilkan. Tentunya ini untuk mendukung dan memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah Jawa Timur,” urai Agus Mirsatya.

Jumlah TKD yang disalurkan di Jawa Timur sampai dengan November 2024 antara lain untuk Jalan Rp798,78 M, Irigasi Rp145,78 M, Air Minum Rp265,96 M, Pertanian Rp224,91 M, Industri Kecil dan Menengah Rp 18,84 M, Pariwisata Rp21,39 M, Pendidikan Rp1,12 T, Kesehatan dan KB Rp645,63 M, Sanitasi Rp299,58 M, Lingkungan Hidup Rp6,74 M, Kelautan dan Perikanan Rp50,09 M.

Agus menjelaskan pula terkait pengelolaan aset, realisasi lelang, PNBP Pengelolaan BMN dan Piutang Negara yang dilaksanakan DJKN.

Realisasi pokok lelang Kanwil DJKN Jatim sampai dengan 30 November 2024 mencapai Rp4,63 Triliun atau 107,45% dari target, dengan PNBP yang diterima dari Lelang sebesar Rp107,49 Miliar, PNBP Pengurusan Piutang Negara Rp401,71 Juta, dan PNBP Aset Rp148,59 Miliar. (*)