Rancang Rompi Pendingin, Mahasiswa Unair Raih Medali Perak Internasional

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Tim “Ocean Pulse Smart Vest” Universitas Airlangga (Unair) Surabaya merancang rompi pelampung pintar yang dapat memberikan sensasi dingin bagi pemakainya.

Inovasi tersebut berhasil meraih medali perak dalam kategori teknologi, pada Second International Youth Summit di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (10/11/2024).

Tim tersebut beranggotakan empat mahasiswa Unair, yakni Ririn Dwi Antari, Istighfar Rohmah, Fidella Rachmadiana Azra, dan Daniswara Zahra Anindita. Sedangkan, satu mahasiswa lainnya berasal dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Ketua tim Istighfar Rohmah mengatakan, rompi pelampung pintar ini memiliki teknologi yang dapat melepaskan sensasi dingin, saat suhu lingkungan meningkat.

Baca Juga:  Mahasiswa PCU Ajak Warga Terapkan 5R dengan Metode Eco-enzyme

“Ide ini muncul dari banyaknya kasus heat stroke pada nelayan tradisional yang melaut di siang hari. Panasnya suhu di laut, dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh secara drastis. Hal ini dapat berbahaya bagi nelayan, karena dapat menyebabkan heat stroke yang membuat nelayan pingsan, kejang sampai adanya pendarahan,” ujar Fafa, sapaan akrab Istighfar Rohmah.

Fafa menjelaskan, rompi pelampung pintar ini memiliki cara kerja otomatis dengan mengandalkan sensor pendingin termoelektrik yang disebut peltier.

Cara kerjanya, yakni sensor yang tertanam pada rompi akan mendeteksi kenaikan suhu di sekitar. Apabila suhu mencapai 38 derajat celcius, sensor akan secara otomatis mengaktifkan peltier untuk melepaskan sensasi dingin pada rompi.

Baca Juga:  10 Mahasiswa Universitas Brawijaya Ikuti Pelatihan Kendaraan Listrik di Beijing

“Dalam penggunaannya sendiri, peltier pada rompi kami menggunakan energi matahari melalui panel surya, untuk selanjutnya diubah menjadi sensasi dingin melalui reaksi termoelektrik. Sehingga, dapat digunakan secara berkelanjutan tanpa perlu mengganti peltier secara berkala,” jelasnya.

Fafa menyebut, peltier kadang menyebabkan adanya efek kejut listrik saat mengeluarkan sensasi dingin karena perbedaan arus listrik. Namun, timnya berusaha mengurangi efek kejut listrik ini pada rompi pintarnya, agar dapat dipakai dengan nyaman oleh nelayan. Serta, menambahkan lapisan tahan air agar tetap bisa digunakan sebagai pelampung.

Baca Juga:  Smamda Sidoarjo Raih Sertifikasi ISO 21001:2018 dengan Hasil Memuaskan

Fafa berharap, inovasinya ini dapat dipasarkan pada nelayan tradisional. Hal ini sesuai dengan fakta lapangan, di mana nelayan tradisional sebagian besar memakai kapal tradisional yang tidak memiliki peneduh. Sehingga, rawan terkena heat stroke di tengah cuaca terik di laut.

“Meskipun memang sasarannya nelayan, kami masih belum bisa menjual pada nelayan, karena biaya pembuatannya yang cukup besar. Untuk dapat menekan harga, kami masih mencari sponsor dan stakeholder untuk dapat bekerja sama, sehingga dapat menurunkan harga jual dan dapat dibeli nelayan tradisional,” pungkasnya. (aci)