Berita Malang
Poktan Kopi Dampit Dapat Pelatihan Inovasi Pupuk Organik dari Pakar Pertanian UB

MALANG, SURYAKABAR.com – Kelompok Tani (Poktan) Kopi Dampit di Desa Srimulyo, Kecamatan Dampit Kabupaten Malang mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Brawijaya (UB).

Mereka dilatih terkait pengembangan inovasi teknologi untuk mempercepat produksi pupuk organik serta pengembangan produksi dan pemasaran di desa tersebut.

Program Pengabdian Masyarakat ini dipimpin Dr. Ir. Setyono Yudo Tyasmoro, MS.,(UB) bersama anggota tim lainnya seperti Prof. Luchman Hakim, S.Si., M.Agr.Sc., Ph.D., (UB) Adi Setiawan, SP., MP., Ph.D.,(UB) Prof. Dr. Ir. Widowati, MP., (Universitas Tribhuana Tunggadewi) dan Jacobus Wiwin Kuswinardi, S.T., S.Kom., M.Kom.,(Universitas Kanjuruhan).

Program ini merupakan Program Diseminasi Teknologi dan Inovasi Tahun Anggaran 2024 dari Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbud, bekerja sama dengan Direktorat Riset, Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Brawijaya.

Kegiatan ini melibatkan Poktan Tunas Baru serta mendapatkan dukungan dari pemerintah desa. Tim Pengmas memberikan pendampingan dalam pembuatan pupuk organik yang produktif dengan menggunakan metode yang telah teruji.

Baca Juga:  JCC dan Festival Peneleh 2024 BI Jatim Momentum Promosi Kopi ke Dunia Internasional

Desa Srimulyo yang terletak di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Jawa Timur, tengah menghadapi tantangan serius akibat krisis pupuk yang mengancam produksi kopi mereka.

Desa yang dikenal dengan potensi perkebunan kopi dan pisangnya ini merupakan salah satu pemasok utama kopi Robusta untuk pasar domestik dan ekspor, termasuk ke Eropa.

Namun, resesi global yang melanda saat ini menyebabkan harga pupuk melesat tinggi, berdampak langsung pada biaya produksi petani kopi.

Sebagai langkah awal, petani di Desa Srimulyo telah mencoba mengatasi masalah ini dengan memproduksi pupuk organik sendiri. Namun, keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) membuat produksi pupuk organik mereka masih sangat terbatas dan jauh dari mencukupi kebutuhan mereka.

Baca Juga:  Ibu Rumah Tangga dari Desa di Banyuwangi, Hasilkan Omset Ratusan Juta dari Kerajinan Makrame

Bahan baku, seperti kotoran hewan, yang seharusnya bisa dimanfaatkan, sering dibiarkan mengalami pembusukan secara alami sebelum akhirnya digunakan sebagai pupuk kandang, sehingga prosesnya menjadi tidak efisien.

Dr.Ir. Setyono Yudo Tyasmoro, MS. mempunyai paten sederhana pembuatan pupuk organik yang telah diujikan di kelompok tani kopi Desa Kucur Kecamatan Dau Kabupaten Malang dan mampu menghasilkan pupuk organik padat dengan cepat dan memenuhi standart SNI 7763-2018.

Metode ini yaitu pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan konsorsium mikroba untuk mempercepat proses dekomposisi. Pada prinsipnya semua bahan organik dapat didekomposisi mikroba-mikroba tertentu sehingga berubah menjadi pupuk organik.

Poktan Tunas Baru mempunyai wilayah lahan pengelolaan sekitar 40 hektar beranggotakan 29 orang petani. Keseluruhan lahan yang dikelola Poktan Tunas Baru ini ditanami kopi jenis Java Robusta dan diselingi tanaman seperti pisang, rumput gajah, rempah, dan tanaman jenis buah lainnya.

Selain bercocok tanam, Poktan Tunas Baru juga melakukan pemeliharaan dan pembudidayaan ternak. Selain itu juga melakukan pembuatan pupuk menggunakan bahan baku kotoran kambing dengan kapasitas skala kecil di tingkat kelompok.

Baca Juga:  Dosen Universitas Muhammadiyah Malang Kembangkan Desa Agrowisata di Pasuruan

Dalam pertemuan dengan kelompok tani Dr.Ir. Setyono Yudo Tyasmoro, MS. menekankan pentingnya menggunakan inovasi untuk meningkatkan efisiensi dalam produksi pupuk organik.

Ini bisa melibatkan penggunaan mesin dan peralatan yang mempercepat proses dekomposisi bahan organik menjadi pupuk organik yang produktif memenuhi standart SNI 7763-2018.

“Semoga dengan memberikan pelatihan kepada masayarat melalui poktan ini tentang bagaimana teknik pembuatan pupuk organik yang efektif, serta cara pemanfaatannya untuk hasil pertanian yang optimal, akan menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan ekonomi lokal,” katanya.

“Jangan lupa, jika produksi sudah memadai kita kembangkan melalui strategi pemasaran yang efektif untuk pupuk organik, termasuk menciptakan jaringan distribusi yang baik, branding produk, serta pemasaran yang memanfaatkan teknologi digital,” imbuh Yudo.

Baca Juga:  Dua Kereta Api Tambahan di Stasiun Malang Beroperasi di Momen Libur Panjang Maulid Nabi

Tidak hanya pendampingan dalam pembuatan pupuk, tim juga memberikan bantuan berupa peralatan penunjang seperti mesin penghancur bahan/ material pupuk, tempat fermentasi bokashi, dan mesin grading pupuk.

Selain itu, mereka turut mendampingi dalam manajemen dan pemasaran produk dengan menyediakan mesin pengemasan pupuk, serta membantu proses perijinan dan pembuatan kantong pengemas yang baik.

Program ini diharapkan masyarakat dan kelompok tani tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan pupuk mereka sendiri, tetapi juga meningkatkan pendapatan mereka melalui produksi pupuk organik.

Inovasi ini diharapkan dapat memberikan solusi jangka panjang bagi masalah pupuk di daerah tersebut dan mendukung ketahanan pangan melalui peningkatan kualitas produksi kopi.

Rangkaian Pengmas ini berjalan lebih 4 bulan. Petani dapat pelatihan, pembuatan, hingga perawatan dan pemasaran. Proses pelatihan pembuatannya pada 31 Agustus 2024. Awal September tim Pengmas juga melakukan kunjungan pemberian materi sekaligus monitoring kepada petani kopi Dampit. (abs)