FK Unair Siapkan Tes MMPI bagi Mahasiswa PPDS untuk Hindari Stres

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Surabaya akan menyiapkan tes psikologi berupa Minnesota Multiphasic Personality Inventory atau MMPI bagi para dokter, terutama bagi dokter yang akan menempuh Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

MMPI disiapkan sebagai skrining awal, sebelum calon dokter spesialis menjalani masa pendidikan. Hal itu dilakukan, untuk menghindari tingkat stres dan depresi karena berbagai faktor. Terutama, bagi para dokter yang memaksakan bidang atau spesialisasi yang tidak sesuai kemampuannya.

Kejadian stres dan depresi yang dialami sejumlah dokter yang sedang menempuh PPDS beberapa waktu lalu tersebut, juga sempat mengundang perhatian masyarakat, terutama di lingkungan kampus.

Baca Juga:  Dokter Unusa: Bahasa Isyarat Penting bagi Pelayanan Kesehatan Pasien Bisu-Tuli

Dekan FK Unair, Prof Dr Budi Santoso dr SpOG (K) menjelaskan, MMPI merupakan tes psikologi yang dilakukan untuk menilai kepribadian dan psikopatologi.

Pemeriksaan ini untuk mengetahui kondisi kesehatan mental, sehingga ahli profesional bisa menentukan ada atau tidaknya gangguan mental pada orang yang menjalani tes MMPI ini.

Prof Bus, sapaannya, mengatakan proses rekrutmen spesialis juga mempengaruhi kondisi berikutnya. Sehingga, jangan memaksakan bidang atau spesialisasi yang tidak sesuai dengan kemampuan.

Baca Juga:  Universitas Brawijaya Kirim 5 Tim Mahasiswa di Ajang Kompetisi Robot Indonesia

“MMPI sangat mendukung dan membantu mengarahkan passion seorang dokter. Kami sarankan, jangan memaksakan masuk spesialis tertentu yang ternyata tidak mampu, tidak sesuai passionnya. Nanti bisa berakibat tidak baik, depresi tadi,” ujar Prof Bus usai pelantikan 74 dokter spesialis di Aula FK Unair, Rabu (26/6/2024).

Menurut Prof Bus, pendidikan PPDS di luar negeri juga mengalami hal yang sama. Namun, jangan terlalu dilebih-lebihkan karena hingga saat ini prevalensi PPDS di Indonesia yang mengalami depresi sangat kecil.

“Penelitian dari Kementerian Kesehatan bahwa 22,4 persen peserta PPDS di Indonesia mengalami gejala depresi. Kalau di luar negeri prevalensinya malah lebih dari 22,4 persen. Jadi, angka di Indonesia masih relatif kecil,” ungkapnya.

Baca Juga:  FK Unair Beri Edukasi dan Pelatihan Cegah Penyakit Hepatitis B

Prof Bus mengungkapkan, depresi bermula dari stres saat menjalani masa pendidikan dan setiap pendidikan pasti mengalami fase stres, baik melewati ujian ketika sekolah, masuk pekerjaan, hingga pendidikan dokter spesialis.

“Pendidikan memang waktu seseorang ditempa untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman. Proses stres bisa terjadi di semua level pendidikan. Kewajiban kita bersama menciptakan suasana pendidikan yang happy, nyaman, dan tidak menakutkan,” tegasnya.

Prof Bus menambahkan, beberapa bidang spesialis yang memiliki beban kerja berat, yakni ada pada bidang bedah jantung, obgyn, hingga kardiologi. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *