Kisah Guru Alumni PCU Mengajar Anak-anak di Lombok, Papua hingga Surabaya

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Tak banyak pengajar di era modern saat ini, yang bersedia mengajar di daerah terdampak bencana maupun pedalaman. Namun, sosok Pandu Wiguno Tresno, menginspirasi para guru lainnya di Indonesia, semangat dan tekadnya untuk mencerdaskan anak-anak bangsa jauh lebih kuat.

Pandu menceritakan, sejak SMA ia bercita-cita menjadi guru. Berkat niat dan usahanya, Pandu berhasil melanjutkan pendidikan di Elementary Teacher Education atau PGSD Petra Christian University (PCU) Surabaya angkatan 2017. Niatnya menjadi guru itu, ia tempa dengan melewati beragam rangkaian proses pembelajaran hingga kegiatan kemahasiswaan selama kuliah.

Salah satunya, dengan menjadi relawan pada bencana gempa bumi yang terjadi di Dusun Lenek, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2018 lalu. Selama seminggu, ia mengajar di kelas untuk anak-anak yang terdampak.

“Dalam sehari, saya harus mengajar di empat desa yang berbeda mulai pagi hingga sore. Selain itu, saya juga ikut andil dalam melakukan pemulihan mental dan trauma anak-anak yang terdampak bencana itu,” ujar Pandu mengawali cerita, Jumat (26/4/2024).

Baca Juga:  23 Mahasiswa PCU Lolos IISMA 2024, Siap Kuliah di 13 Negara Berbeda
Pandu Wiguno Tresno.

Momen penuh haru dirasakan Pandu, tepatnya di hari terakhir saat hendak meninggalkan desa. Saat itu, anak-anak yang menjadi muridnya melepas kepergiannya. Bahkan, mereka mengejar mobil yang ditumpanginya sambil melambaikan tangan hingga sejauh lebih 500 meter.

Tiga tahun kemudian, pada Januari 2021, Pandu menjajaki panggilan barunya untuk mengajar di Bumi Cendrawasih, Papua. OB Anggen School menjadi tempatnya berlabuh.

Pemuda yang hobi memasak ini mengajar di empat cabang sekolah tersebut yang berada di Kabupaten Tolikara hingga Mamberamo Tengah. Di sana, Pandu mengajar sekitar 300 anak-anak, sekaligus menghadapi tantangan demi tantangan.

Baca Juga:  Lulusan Universitas Dinamika Stikom Surabaya Disiapkan Hadapi Dunia AI

“Bisa dibilang, di sana hampir tak terjamah modernisasi. Tidak ada listrik dan tidak ada sinyal. Tapi, tekad saya untuk mencerdaskan anak-anak bangsa jauh lebih kuat,” tegas pria kelahiran 1999 itu.

Dua tahun mengajar dan berbagi pengalaman dengan anak-anak di Papua, kini Pandu harus kembali ke Surabaya. Pandu mengaku rindu untuk melayani anak-anak miskin di kota besar.

Baca Juga:  Teman Kuliah Kapten Timnas Indonesia U-23 Rizky Ridho Gelar Aksi Pasang Foto di Kampus

“Di mana, mereka seringkali mendapatkan diskriminasi dari orang di sekitar mereka. Padahal, anak-anak ini juga punya mimpi yang tak kalah tinggi. Saya rindu menjadi bagian dalam proses menggapai mimpi mereka,” ungkapnya.

Sejak Juni 2023, Pandu mengajar di SDTK Pelita Permai di kawasan Surabaya Barat. Sekolah yang didirikan Liana Christanti itu merupakan sekolah gratis bagi masyarakat pra-sejahtera, khususnya di daerah Surabaya Barat.

Pandu kini menjadi guru kelas 4 SD yang mengajar Tematik dan Matematika sekaligus menjadi wali kelas. Tak hanya itu, Pandu juga memberikan bimbingan belajar gratis untuk mata pelajaran Bahasa Inggris.

“Panggilan melayani anak-anak kurang mampu akan terus saya jalani. Bahkan, saat ini saya masih terus mencari lembaga-lembaga pelayanan anak-anak kurang mampu, supaya makin banyak anak-anak yang bisa saya jangkau,” pungkas Pandu. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *