Melihat Komunitas Tuli Unesa Ngaji Bahasa Isyarat selama Ramadhan

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Setiap pekan selama bulan suci Ramadhan, Komunitas Tuli Universitas Negeri Surabaya (Kotunesa) bersama Pusat Unggulan Ilmu Disabilitas (PUID) Unesa menggelar ‘Ngaji Bahasa Isyarat’.

Kegiatan ‘Ngaji Bahasa Isyarat’ ini merupakan bagian dari Program Ramadhan PUID Unesa yang digelar rutin setiap pekan selama Ramadhan yang dimulai sejak 8 Maret 2024.

Para mahasiswa tuli ini mengikuti kegiatan yang berlangsung di Gedung Unit Layanan Anak Berkebutuhan Khusus (ULABK) Kampus 2 Lidah Wetan Surabaya dengan menghadirkan pengajar dari Rumah Quran Sahabat Tuli (RQST).

Ketua Kotunesa, Moch. Fadillah Akbar mengatakan, kegiatan ini difasilitasi Direktorat Disabilitas Unesa, dihadiri para mahasiswa tuli Unesa dan sejumlah volunteer.

Baca Juga:  Unesa Jadi PTN Terbanyak Menerima 4.733 Calon Mahasiswa Baru Jalur SNBP 2024

Menurut Fadillah, kegiatan ini sebagai bagian dari upaya bersama untuk mempelajari dan memahami Alquran sebagai pedoman hidup manusia.

“Kegiatan ini difasilitasi Direktur Disabilitas Unesa, Bapak Wagino dan Kasi Layanan dan Usaha, Bapak Acep Ovel Novari Beny. Tujuan kami untuk memberikan pengalaman dan pemahaman membaca Alquran menggunakan bahasa isyarat bersama teman-teman tuli Unesa, serta sebagai media mencari keberkahan di bulan suci Ramadan,” ujar Fadillah, Jumat (29/3/2024).

Baca Juga:  Komunitas Futsal Era LFAJ, Tulang Rapuh FC siap Gelar Sparring dan Bukber
Baca Juga:  92 Mahasiswa Universitas Brawijaya Lolos Program Student Mobility Awards 2024

Selain itu, juga untuk memperkenalkan media membaca Alquran menggunakan bahasa isyarat kepada para volunter Direktorat Disabilitas Unesa serta mahasiswa Pendidikan Luar Biasa (PLB) agar dapat mengajarkan cara membaca Alquran menggunakan bahasa isyarat kepada anak didiknya kelak.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat menambah pemahaman teman tuli terkait agama dan tata cara membaca Alquran menggunakan bahasa isyarat yang sesuai dengan tata cara dan kaidahnya.

“Kegiatan ini juga sebagai gerakan awal untuk menyosialisasikan kegiatan dan program, sehingga hasil dari pergerakan ini dapat tercipta lingkungan kampus yang ramah disabilitas, tidak hanya dari aspek infrastruktur, tetapi juga dari berbagai aspek yang lebih komprehensif,” pungkasnya. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *