Ketersediaan Bahan Pangan di Surabaya Aman hingga Hari Raya Idul Fitri, Kios TPID Sediakan Alternatif Pilihan Beras

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Pemerintahan Kota (Pemkot) Surabaya menyatakan, ketersediaan bahan pangan menjelang bulan suci Ramadhan 2024, dipastikan aman. Bahkan, ketersediaan bahan pangan di Kota Surabaya mencukupi hingga Hari Raya Idul Fitri 2024.

Ketua Tim Kerja Pengendalian dan Distribusi Perekonomian Pemkot Surabaya, Agung Supriyo Wibowo menjelaskan, indeks kecukupan pangan di Surabaya berada di angka 2,06. Artinya, nilai ketersediaan bahan pangan berada di atas ambang batas aman.

“Stok pangan di Surabaya alhamdulillah untuk bulan Februari ini tercukupi, karena indeks kecukupan pangan kita 2,06. Jadi kalau (angkanya) 1, itu imbang antara kebutuhan dengan ketersediaan. Dan kita sudah berada di angka 2,06,” kata Agung Supriyo dikutip laman Pemkot Surabaya, Rabu (28/2/2024).

Namun, Agung tak menampik memang ada sedikit kenaikan harga bahan pokok untuk beras premium. Harga Eceran Tertinggi (HET) beras premium Rp13,900/Kg. “Memang untuk saat ini (beras premium) hampir ada (yang menjual) Rp18.000 – Rp17,500 per kilogram,” ujarnya.

Baca Juga:  Pemkab Banyuwangi dan Bulog Tiap Hari Gelontor 10 Ton Beras untuk Operasi Pasar

Karena itu, Agung menyatakan Pemkot Surabaya mengimbau masyarakat untuk bisa mengonsumsi beras medium. Menurut dia, kualitas beras medium sebenarnya rasanya tidak jauh beda dengan premium.

“Karena itu pemkot mengimbau masyarakat supaya bisa memakai beras medium, sebenarnya rasanya sama. Cuma memang mungkin image-nya masyarakat, harus makan beras merk tertentu,” ujar dia.

Agung menyatakan, Pemkot Surabaya telah bekerjasama dengan Bulog untuk menggelontorkan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Harga yang dipatok untuk beras SPHP per kilogram Rp10,900. Beras SPHP bisa dibeli masyarakat dan salah satunya di Kios TPID.

“Jadi di Kios TPID menjual beras dengan harga murah dan kualitasnya juga bagus. Memang di sana dibatasi harga maksimal per kilogram Rp10,900 untuk masyarakat umum. Kios TPID juga melayani pedagang untuk dijual lagi,” ungkapnya.

Baca Juga:  Pemkot Malang Gelar Operasi Pasar untuk Intervensi Dampak Inflasi

Kepala Bidang Distribusi Perdagangan Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Perdagangan (Dinkopdag) Kota Surabaya, Devie Afrianto menyebutkan, saat ini ada sembilan Kios TPID yang sudah berjalan. Setiap pekan, perputaran beras di Kios TPID mencapai sekitar 100 ton.

“Setiap minggunya sekitar 100 an ton (beras) berputar dan terus akan ditambah. Minggu ini kita juga targetkan menambah sekitar 18 Kios TPID dan itu akan ditambah lagi,” ujar Devie.

Menurut Devie, keberadaan Kios TPID diharapkan semakin memudahkan masyarakat untuk membeli bahan pangan dengan harga HET. Lebih dari itu, masyarakat juga diberikan alternatif pilihan beras di Kios TPID.

“Jadi, masyarakat mendapat alternatif pilihan untuk membeli kebutuhan bahan pokok, terutama beras. Di sana kita menyediakan alternatif produk beras yang kualitasnya sama atau mendekati premium dengan harga yang sangat kompetitif,” terangnya.

Baca Juga:  Pertamina Hadirkan 29 UMKM Unggulan di Ajang Inacraft 2024, Dorong UMKM Naik Kelas

Di sisi lain, Devie juga mengungkapkan, jika panen raya diperkirakan terjadi pada Maret 2024. Menurut dia, panen raya ini tentu akan berpengaruh terhadap menurunnya harga bahan pangan, terutama beras.

“Jadi nanti setelah bulan Maret, diperkirakan harga kembali di titik normal. Mungkin sekitar 1-2 bulan setelah Maret, itu benar-benar normal. Tapi pada saat kita masuk ke fase panen raya, harga sudah mulai bergerak ke titik normal,” ujar Devie.

Sementara itu, Kepala Bidang Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya, Dwi Suryaning Endah Yanie mengungkap kenaikan harga bahan pokok biasanya terjadi saat Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Sebab, kebutuhan bahan pangan saat HBKN itu akan meningkat.

“Karena kebutuhan akan bahan pangan meningkat, sehingga demand-nya (permintaan) tinggi dan kemungkinan suplai menurun. Itu yang membuat harga-harga meningkat, sehingga membuat daya beli masyarakat berkurang,” kata Dwi Suryaning.

Akan tetapi, Dwi menilai, kenaikan harga bahan pokok untuk kondisi sekarang, sebenarnya terjadi sejak akhir tahun 2023. Kenaikan harga bahan pangan tersebut disebabkan beberapa faktor pemicu lain.

“Karena pemicunya dampak cuaca ekstrem El Nino yang berkepanjangan. Ada juga dipicu krisis global, ada perang, itu juga jadi pemicu,” pungkasnya. (*)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *