Mahasiswa Arsitektur Untag Surabaya Jalani Praktik di Laboratorium Outdoor

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Sejalan konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi sekaligus menerapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), mahasiswa Arsitektur, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya mulai menjalani praktik di luar kampus (outdoor).

Outdoor class atau yang dikenal sebagai Moving Studio menjadi kegiatan praktik yang melibatkan mahasiswa langsung berinteraksi dengan masyarakat di luar lingkungan kampus.

Kepala Laboratorium Sains, Struktur, dan Budaya Arsitektur Untag Surabaya, Dr Ir Ibrahim Tohar MT, mengatakan fasilitas laboratorium program studi (Prodi) Arsitektur Untag Surabaya berperan krusial dalam mendukung pembelajaran mahasiswa dan mengintegrasikan pengetahuan mereka dengan kebutuhan masyarakat.

“Penting untuk menegaskan, produk arsitektur harus dapat diterima masyarakat, dan hal ini diuji melalui konfirmasi dengan laboratorium di luar kampus yang melibatkan aspek sosial,” ujar Ibrahim melalui keterangannya di Surabaya, Selasa (23/1/2024).

Baca Juga:  Untag Surabaya Gelar Edukasi Etika dan Keamanan Siber Lewat Hacker Fest

Ibrahim menjelaskan, prodi Arsitektur memiliki empat jenis laboratorium. Yakni, Laboratorium Pemukiman, Perancangan Kota dan Lanskap. Kemudian, Laboratorium Sains, Struktur, dan Budaya (SSB) Arsitektur. Selain itu, Laboratorium Arsitektur Digital, serta Laboratorium Perancangan Akhir.

“Terdapat tiga kegiatan utama dalam Lab SSB. Pertama, melibatkan struktur konstruksi bangunan, mencakup konstruksi dasar, struktur bentang lebar, dan struktur bangunan tinggi. Kedua, melibatkan pendekatan budaya atau arsitektur tradisional. Dan ketiga, fokus pada building science,” jelasnya.

Ketiga aspek ini, kata Ibrahim, merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dan saling berkesinambungan dalam ranah arsitektur secara keseluruhan.

“Itu adalah tiga aspek besar yang terintegrasi karena kita melihatnya secara holistik. Keseluruhan arsitektur merupakan bagian dari konsep tersebut, saling berkesinambungan mulai dari aspek budaya, munculnya produk, hingga pengembangan sistem struktur dan penerapan ilmu bangunan,” ungkapnya.

Baca Juga:  PCU Gelar ICEA Bahas Dampak Desain Arsitektural pada Kesehatan

Ibrahim menegaskan, kegiatan praktikum tidak hanya terbatas pada laboratorium dalam ruangan (indoor), namun juga melibatkan laboratorium di luar ruangan (outdoor). Outdoor class atau yang dikenal sebagai Moving Studio menjadi kegiatan praktik yang melibatkan mahasiswa langsung berinteraksi dengan masyarakat di luar lingkungan kampus.

Kepala Laboratorium Pemukiman, Perancangan Kota dan Lanskap Arsitektur Untag Surabaya, Dr Ir R A Retno Hastijanti MT, mengatakan mahasiswa diberikan kesempatan untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam masyarakat.

Baca Juga:  ITS Luncurkan Motor Listrik EVITS, Ini Harganya

“Saat ini terdapat tujuh kampung, seperti Kampung Maspati, Peneleh, Candi Rejo Genteng, Ketandan, Tambak Sumur, Jambangan, dan Simoketawang, menjadi outdoor lab untuk kegiatan lapangan, seperti simulasi untuk FGD, pemetaan kampung, dan stakeholder mapping,” terangnya.

Menurut Hasti, kerja sama dengan kampung-kampung tersebut mencerminkan pendekatan Outcome-Based Education (OBE) dengan pemberdayaan masyarakat.

“Mahasiswa diajak berhadapan dengan kasus di masyarakat dan mencari solusi yang dapat diterapkan. Ini menegaskan, produk arsitektur harus dapat diterima masyarakat, dan hal ini diuji melalui konfirmasi dengan lab di luar kampus yang melibatkan aspek sosial,” tegasnya.

Teknik Arsitek Untag Surabaya terus berupaya menjalin kerja sama dengan pihak eksternal, untuk memastikan kelangsungan program ini dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi pengembangan ilmu arsitektur di masa depan. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *