Wujudkan Sekolah Toleransi Semua Unsur di Sekolah harus Terlibat

SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Mewujudkan Sekolah Toleransi tidak hanya sebatas ucapan dan administrasi belaka, melainkan harus meliputi seluruh ekosistem sekolah. Mulai dari kepala sekolah, siswa, bahkan hingga ke tingkat tukang kebun.

Hal ini disampaikan M. Amin Hasan, M.Pd, dari UIN Sunan Ampel Surabaya, ketika memberikan materi dalam acara “Soft Meeting Waka Kurikulum dan Waka Kesiswaan Menuju Sekolah Toleransi” di favehotel Sidoarjo, Kamis (18/1/2024).

Hadir dalam acara ini Kepala Bidang Peningkatan Mutu Disdikbud Sidoarjo, Dr Netty Lastiningsih, dan Kabid Kebudayaan Disdikbud Kab. Sidoarjo, Kartini, MPd.

Baca Juga:  KBRI di London Kerja Sama dengan Unair, UINSA Surabaya dan UPN Veteran Jawa Timur Gelar Program Diplomat Mengajar

Acara ini merupakan rangkaian program “Cinta Budaya Cinta Tanah Air” (CBCTA) yang diselenggarakan Komunitas Seni Budaya BrangWetan, didukung Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Forum Wartawan Sidoarjo (Forwas) Institute. CBCTA sudah dimulai sejak 2020, dalam dua gelombang, di mana kali ini memasuki gelombang ketiga.

“Dalam gelombang kedua yang lalu, sudah menghasilkan 3 SMPN sebagai Sekolah Toleransi yaitu SMPN 1 Taman, Gedangan, dan Waru. Mereka inilah yang menjadi sekolah percontohan Sekolah Toleransi, ” tutur Henri Nurcahyo, Project Manager CBCTA #3.

Baca Juga:  Hujan Deras Enam Ruang Kelas SMPN 2 Tanggulangin Sidoarjo Tergenang Air
Baca Juga:  Kanwil DJP Jatim I Kukuhkan 269 Mahasiswa Menjadi Relawan Pajak untuk Jalankan Program Renjani

Kali ini, tambah Henri, melibatkan 50 SMP di Sidoarjo yang terdiri dari 43 SMP Negeri dan 7 SMP swasta serta 5 orang pengawas sekolah. 50 Sekolah tesrebut yang nantinya akan deklarasi Sekolah Toleransi yang direncanakan Mei 2024.

“Hal ini menjadi satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki Sekolah Toleransi pertama kali dan terbanyak,” tegas Henri yang juga Ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan.

Selanjutnya Amin Hasan menuturkan, toleransi harus juga ditunjukkan melalui ucapan, sikap, dan perbuatan, bahkan juga melalui simbol-simbol.

“Yang namanya kurikulum itu bukan sebatas apa yang diajarkan di dalam kelas, melainkan apa yang dilakukan dan ditunjukkan sikap guru. Busana guru misalnya, itu juga termasuk bagian dari kurikulum, karena akan dinilai siswa,” ujar Amin yang juga menjadi Konsultan Pendidikan Kemendikbud dan juga pengajar mata kuliah Kurikulum di UIN. (sat)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *