Guru Besar ITS Teliti Algoritma Koreksi Citra Satelit dan Deteksi Objek di Permukaan Bumi

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof Lalu Muhamad Jaelani, meneliti algoritma koreksi citra satelit dan deteksi objek di permukaan bumi. Data penginderaan jauh dinilai memerlukan tahap koreksi untuk menghasilkan data yang akurat.

“Penelitian ini akan berfokus menghilangkan pengaruh lapisan atmosfer atau koreksi atmosfer dalam citra satelit,” ujar Prof Lalu di Surabaya, Kamis (23/11/2023).

Prof Lalu menjelaskan, sensor pada satelit merekam campuran sinyal dari pantulan permukaan bumi dengan partikel gas yang ada di atmosfer.

Dalam kondisi tertentu, hanya 10 persen sinyal yang direkam berasal dari air, sisanya dari atmosfer dalam bentuk spektrum warna tampak. Karena itu, diperlukan koreksi atmosfer untuk mendapatkan sinyal murni dari permukaan bumi.

Baca Juga:  Guru Besar ITS Suarakan Pengembangan Alutsista Ramah Lingkungan

Menurut Prof Lalu, melalui pengolahan data spektrum warna tampak (visible spectrum) bisa didapatkan informasi dari permukaan bumi yang mungkin tidak terlihat secara visual oleh mata kita. Seperti pemanfaatan di dalam perairan untuk pemantauan kualitas air.

“Informasi tersebut dapat dideteksi keberadaannya menggunakan sensor satelit penginderaan jauh,” jelas Profesor Bidang Penginderaan Jauh Pasif ITS Surabaya itu.

Selain di perairan, kata Prof Lalu, pemanfaatan hasil riset ini juga diterapkan di wilayah darat dan udara. Seperti untuk pemantauan sumber pencemar udara dalam mengatasi kualitas udara yang menurun di wilayah tertentu. Selain itu, untuk pemetaan area rawan bencana yang dapat digunakan membantu upaya mitigasi bencana.

Baca Juga:  Daop 8 Surabaya Cek 17 Stasiun Wilayah Utara Sepanjang 132,9 KM Jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024
Baca Juga:  Gubernur Jatim Lantik Prof Cita sebagai Direktur RSUD Dr Soetomo Surabaya

Prof Lalu menyebut, data yang dipakai dalam riset ini adalah data penginderaan jauh terkait permukaan bumi yang direkam secara langsung. Setelahnya, dalam melakukan proses koreksi atmosfer menggunakan software pengolahan citra, salah satunya ArcGIS.

Oleh karena itu, estimasi parameter permukaan bumi dengan penginderaan jauh sangat bergantung pada koreksi atmosfernya. Lebih lanjut, menurutnya pemanfaatan data penginderaan jauh memerlukan ketersediaan data dasar yang akurat serta metode pemrosesan yang tepat dan cepat.

“Semoga dengan tersedianya data penginderaan jauh dan algoritma model yang akurat dapat meningkatkan produk dengan akurasi yang tinggi pula,” pungkas Lulusan Doktor dari University of Tsukuba, Jepang tersebut. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *