ALPAMAL, Alat Pemurni Air Payau dengan Material Lokal Karya Dosen PCU

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Dosen Petra Christian University (PCU) Surabaya membuat alat pemurni air payau yang diberi nama ALPAMAL atau Alat Pemurni Air Payau dengan Material Lokal.

Melalui alat tersebut, air yang dihasilkan diklaim terbukti tidak mengandung bakteri E. coli dan bisa dikonsumsi karena telah teruji oleh PT Sucofindo.

Selain itu, uji kelayakannya juga sudah memenuhi standar Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan World Health Organization (WHO).

ALPAMAL yang diciptakan Dr rer nat Ir Surya Hermawan ST MT, Dosen Faculty of Civil Engineering and Planning PCU Surabaya ini berawal dari feromena krisis air bersih yang masih sering ditemuinya. Terutama di wilayah pesisir yang dekat dengan pantai. Salah satunya, di Dusun Tegalsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Sidoarjo.

“Selama ini, masyarakat di sana (Dusun Tegalsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Sidoarjo), harus hidup berdampingan dengan kondisi air payau yang sangat tinggi kadar garamnya, sampai tak layak konsumsi. Sehingga, saya memberikan solusi, salah satunya dengan membuat alat pemurni air payau yang diberi nama ALPAMAL ini,” ujar Surya, Selasa (14/11/2023).

Menurut Surya, ALPAMAL ini menggantikan alat yang tahun lalu sempat dipasang di salah satu rumah warga di Dusun Tegalsari, yang masih belum sempurna. Kemudahan akses untuk air bersih dinilai menjadi dambaan bagi warga Dusun Tegalsari.

Baca Juga:  Perpustakaan PCU Ajak Masyarakat Maknai Sumpah Pemuda Lewat Giant Book
Anak-anak di Dusun Tegalsari asyik menikmati air dari ALPAMAL.

“Setelah melewati masa-masa trial and error selama kurang lebih enam tahun lamanya, akhirnya pada momen Hari Pahlawan yang lalu, ALPAMAL secara resmi bisa digunakan para warga,” ungkap dosen yang juga anggota Perkumpulan Ahli Rekayasa Pantai Indonesia (PARPI) dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jawa Timur tersebut.

Surya menjelaskan, ada 178 Kepala Keluarga (KK) yang setiap harinya harus membeli air bersih, untuk keperluan minum dan memasak. Jika di total, dalam satu tahun Dusun tersebut bisa menghabiskan biaya sebesar Rp 512.640.000 hanya untuk membeli air.

“Masyarakat mengaku, mereka sudah lebih dari 30 tahun bergumul atas kesulitan mendapatkan air bersih. Padahal, di sana ada sumber air payau, namun mereka belum tahu cara memanfaatkannya,” jelasnya.

Pengurus RW dari Dusun Tegalsari, Mashudi, mengungkapkan rasa syukurnya karena bisa mendapatkan air layak konsumsi, tanpa harus membelinya lagi.

Baca Juga:  Asah Kemampuan Logika dan Matematika Siswa SMA Lewat Games PCU IRGL 2023

“Kami sangat senang dan berterima kasih. Sebab, upaya untuk mendapat air bersih sudah kami lakukan sejak lama. Misalnya, dengan pengeboran. Tapi, hasil airnya tetap terasa pahit,” katanya.

Sementara, Akbar, bocah 10 tahun, anak dari warga setempat yang menjadi salah satu yang berkesempatan merasakan air hasil pemurnian itu untuk pertama kalinya, mengaku senang dan bisa merasakan air bersih tersebut. “Enak! Rasa airnya segar banget,” terang Akbar.

Surya juga mengajak 25 mahasiswa PCU dari kelas Ilmu Lingkungan yang ia bimbing, sebagai bagian dari kegiatan Service Learning. Mereka ikut membantu proses perencanaan, pembuatan, hingga peluncuran ALPAMAL kepada warga setempat.

Baca Juga:  Kenalkan Batik Sidoarjo pada Tamu, Hotel Aston Sidoarjo Gandeng SMKN 1 Jabon

Peluncuran ALPAMAL ini merupakan lanjutan dari hibah Dikti dengan No. PKS: 792/E1.1/KS.03.00/2023, berjudul Program Pembinaan UMKM Nurul Ismiati yang sedang dilakukan Surya bersama empat dosen PCU lainnya.

“Banyak warga Dusun Tegalsari memiliki usaha budidaya udang, rumput laut, dan kepiting. Hasil budidaya itu kemudian dipakai untuk membuat produk-produk UMKM seperti kerupuk, bolu, dan mie. Nah, air yang sudah dimurnikan ini bisa mereka pakai untuk membuat produk UMKM tersebut. Dengan kualitas air yang lebih bersih dan sehat, saya yakin itu juga bisa meningkatkan kualitas produknya,” pungkasnya. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *