Guru Besar ITS Gagas Pengolahan Bijih Nikel Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof Sungging Pintowantoro, menggagas pengolahan bijih nikel ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk mengatasi emisi karbon dioksida akibat pemanfaatan nikel sebagai bahan baku industri.

Nikel merupakan logam mineral yang pemanfaatannya sangat menjanjikan, tetapi emisi yang dihasilkan dapat merusak lingkungan,” ujar Prof Sungging dalam orasi ilmiahnya, Jumat (10/11/2023).

Dalam risetnya, ia mengusung proses reduksi langsung sebagai alternatif memproduksi bijih bikel. Proses ini dipilih untuk menurunkan penggunaan energi pada pengolahan bijih yang nantinya berimbas pada emisi yang dihasilkan.

“Metode ini menghasilkan temperatur operasi yang lebih rendah, sehingga energi yang digunakan lebih efisien,” jelas profesor dari Departemen Teknik Material dan Metalurgi (DTMM) ITS itu.

Baca Juga:  Tim Pencak Silat Unusa Borong 12 Medali Majapahit Heroes Fighting Competition 2023

Menurut alumnus program doktoral dari Tohoku University, Jepang tersebut, selain efisien, produk hasil reduksi langsung memiliki kandungan nikel yang lebih tinggi akibat adanya penggunaan zat aditif.

Dari hasil penelitiannya, ia mendapati, gas amonia merupakan salah satu zat aditif dengan efektivitas yang cukup tinggi dalam memaksimalkan kandungan nikel. “Gas amonia juga lebih murah dibandingkan dengan gas hidrogen yang biasanya digunakan,” ungkapnya.

Pada penerapannya, gas amonia akan menghasilkan gas nitrogen dan air seusai proses produksi. Kedua komponen ramah lingkungan ini nantinya dapat diolah kembali untuk menghasilkan gas amonia baru.

Sungging menyebut, limbah padatan nikel mengandung sejumlah senyawa nonkarbonat seperti magnesium, kalsium, dan besi. Ketiga senyawa itu akan bereaksi dengan CO2 dan membentuk senyawa karbonat berkestabilan tinggi. “Nantinya, CO2 tersebut akan tetap terikat dalam mineral untuk waktu yang lama,” terangnya.

Baca Juga:  Perkuat Sinergi dan Kerja Sama, Dua Universitas Rusia Buka Kantor di ITS

Dengan mengombinasikan proses reduksi langsung dan pemanfaatan limbah padatan nikel, maka pengolahan bijih nikel yang efisien energi dan ramah lingkungan tak lagi menjadi angan semata.

Langkah ini sudah ia buktikan secara teoritis layak untuk diterapkan dan dikembangkan. Namun, inovasi ini tidak akan terealisasi secara massal jika tidak disertai pemanfaatan teknologi pengolahan mineral yang baik.

Sungging menekankan langkah-langkah penyuluhan untuk mencapai penguasaan teknologi harus segera dilakukan. Hal ini dilatarbelakangi sumber daya mineral logam yang tidak dapat diperbaharui.

Baca Juga:  Universitas Brawijaya Juara Umum MTQMN XVII 2023

“Pemerintah harus segera bergerak untuk menciptakan kebijakan yang dapat membantu pemahaman masyarakat mengenai teknologi,” tegasnya.

Ia menilai, industri dan akademisi memegang peran penting dalam membantu penguasaan teknologi. Ia menyarankan, pemerintah perlu meningkatkan kompetensi akademisi juga keterlibatan mereka dalam proses pengolahan bijih mineral.

“Keterlibatan ini bermuara pada kemampuan praktis akademisi yang dapat diwariskan kepada para penerus bangsa,” katanya.

Dengan begitu, berbagai langkah peningkatan teknologi mineral lain seperti pembangunan pusat riset mineral dan penguatan regulasi atas peningkatan sarana dan prasarana fasilitas riset dapat mengikuti.

“Saya berharap inovasi ini dapat memberi kebermanfaatan baik bagi bangsa maupun sumber daya alam yang ada secara berkelanjutan,” pungkasnya. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *