Dosen dan Mahasiswa Ubaya Buat Kukis dan Teh dari Daun Jati
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Dosen dan mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) berkolaborasi dengan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS) membuat inovasi kukis dan teh dari daun jati.
Kukis dan teh ini memiliki kandungan senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan dan antiinflamasi (antiradang). Inovasi itu pun didemonstrasikan di Ubaya Baking Center, Kampus Ubaya, Kamis (5/10/2023).
Ketua Tim, Tjie Kok mengatakan, jika keberadaan daun jati sangat melimpah di desa. Apalagi, ada hutan jati terbesar di Jawa Timur dengan luas sekitar 130 hektar. Sayangnya, pemanfaatan daun jati masih sangat minim.
Tjie Kok menjelaskan, selama ini daun jati hanya digunakan untuk bungkus makanan, bahkan sebagian besar sisanya dibiarkan kering dan rontok ke tanah, sehingga terkontaminasi mikroorganisme di tanah.
“Kandungan senyawa dalam daun jati mempunyai aktivitas antioksidan dan antiinflamasi. Kami berinisiatif membuat produk pangan bermanfaat kesehatan yang memiliki nilai komersial, yakni kukis dan teh,” jelasnya.
Produk pangan dari daun jati ini memiliki aktivitas antioksidan dan antiinflamasi karena kandungan senyawa berupa senyawa fenolik, flavonoid, tanin, terpenoid, dan alkaloid yang terdapat di dalamnya.
“Mengkonsumsi teh dan kukis ini bermanfaat untuk pencegahan terhadap timbulnya penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit kronis lain,” ungkapnya.
Proses pembuatan dimulai dengan mengumpulkan daun jati di kawasan Desa Kebontunggul, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Kemudian, daun dipilah untuk diambil daun jati berusia muda yang berwarna hijau segar.
Daun tersebut diangin-keringkan memakai kipas angin, lalu dipotong-potong dan dipisahkan dengan tulang daun dan dirajang kecil, kemudian dimasukkan ke dalam food dehydrator (cabinet dryer) hingga kering. “Selanjutnya, rajangan kecil daun kering diserbukkan dengan mesin penepung herbal (herb grinder),” katanya.
Bubuk daun jati ini siap diolah menjadi produk olahan, misalnya dengan cara direbus dan disaring untuk produk olahan teh botol. Bisa juga dikemas dalam kemasan kantung teh celup. “Selain itu, bubuk daun jati bisa dicampurkan ke dalam adonan untuk produk olahan kukis,” terangnya.
Tjie Kok menyebut pengolahan menjadi teh dan kukis merupakan tahap awal dari inovasi pemanfaatan daun jati. Di tahap selanjutnya, dapat dikembangkan produk olahan lainnya berbasis daun jati. Antara lain produk aneka kue, sabun antiseptik dan produk olahan komersial lain.
“Harapannya, hilirisasi produk olahan daun jati yang dapat memberikan manfaat kesehatan bagi warga desa Kebontunggul, sekaligus meningkatkan pendapatan warga desa dan pendapatan asli desa Kebontunggul,” harapnya.
Pembuatan inovasi ini bagian dari Program Pemberdayaan Berbasis Wilayah (PBW) berupa Pemberdayaan Desa Binaan (PDB) Desa Herbal Kebontunggul, Gondang, Kabupaten Mojokerto. Program ini mendapatkan dukungan pendanaan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemendikbudristek. (aci)