Wisuda Unusa Hadirkan 4 Rohaniawan Agama Berbeda, Rektor Pimpin Sholawat Nabi

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Menjelang peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) mengukuhkan 1.071 wisudawan. Kali ini prosesi wisuda berbeda dari biasanya. Lantunan sholawat Nabi Muhammad SAW menggema mengawali prosesi wisuda yang digelar di Dyandra Convention Hall Surabaya, Rabu (27/9/2023).

Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie MEng, memimpin sholawat Nabi Muhammad SAW dan diikuti para wisudawan serta undangan yang hadir.

Prosesi wisuda kali ini juga berbeda dari biasanya, karena Unusa mendatangkan empat rohaniawan agama berbeda. Yakni, rohaniawan Islam, Kristen, Katolik, dan Hindu. Kehadiran empat rohaniawan tersebut untuk mendampingi pengambilan sumpah para wisudawan yang berasal empat agama.

Baca Juga:  Mantan Mendikbud Ajak 2.154 Maba Unusa Adaptasi Pentingnya Kecerdasan Digital

“Karena peserta pelantikan dan pengambilan sumpah diikuti empat agama, maka kami menghadirkan empat rohaniawan untuk mendampingi pembacaan sumpah atau janji. Ini menunjukkan pula, peserta didik Unusa memang tidak hanya beragama Islam,” ujar Prof Jazidie.

Salah satu wisudawan beragama Katolik, Margaretha Kolo, bercerita tentang pengalamannya kuliah di Unusa. Saat pertama kali tiba di Surabaya, Biarawati tersebut mengaku tidak tahu harus masuk kuliah ke mana.

Namun, seorang temannya justru merekomendasikan untuk masuk kuliah di Unusa. Awalnya ia ragu masuk ke kampus milik Nadhlatul Ulama tersebut. Namun, ketika mendaftar dan saat itu ditemui langsung Rektor, ia meyakini jika di kampus Unusa tidak ada diskriminasi.

Baca Juga:  17 Mahasiswa Unusa Ikuti Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2023
Baca Juga:  SIS Surabaya Diresmikan, Bertekad Tingkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia

“Saya merasa sangat diterima di Unusa, dan saya memaknainya sebagai sebuah panggilan untuk berada di kampus yang mahasiswanya sebagian besar beragama Islam. Tidak ada kekhawatiran apa pun dalam diri saya,” ungkap perempuan kelahiran Oekolo, Nusa Tenggara Timur, 30 Mei 1994 ini.

Margaretha mengakui, ia ikut belajar agama Islam selama kuliah di Unusa. “Ini yang membantu saya untuk memahami lebih banyak tentang ajaran agama dan nilai-nilai universal seperti cinta kasih,” ungkap lulusan Program Studi Gizi ini.

Di awal kuliah, Margaretha bercerita sempat menjadi pusat perhatian mahasiswa lainnya. Sebab, ia tidak mengenakan jilbab sebagaimana mahasiswa muslim lainnya. Ia tetap mengenakan pakaian biarawati selama kuliah.

Mahasiswa lainnya, Ni Komang Sukrati (Hindu), Suryaningtyas (Kristen) dan Yuni Safritri Rambu Rauna Bela (Katolik), juga berbicara tentang pengalamannya kuliah di Unusa sebagai mahasiswa Non Muslim. Mereka mengaku tetap bangga dan senang dapat berkuliah di Unusa tanpa mengalami diskriminasi, meskipun ia tidak memakai jilbab selama menjalani perkuliahan. (aci)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *