Kolom
Sukses Martinez
Inter akhirnya lolos ke fase knock out Liga Champion Eropa setelah berhasil mengalahkan Viktoria Plzen dengan skor 4-0 di Giuseppe Meazza. Dua gol dari Edin Dzeko, satu dari Henrikh Mkhitaryan serta gol welcome back dari Romelu Lukaku mengantar Nerazzurri lolos dari grup berat dan mengirim Barcelona ke Europa League.
Meski tak mencetak gol, Lautaro Martinez kembali bermain apik dan mencatat satu assist untuk gol kedua Dzeko. Dalam tiga laga sebelumnya, El Toro, julukan Martinez, sukses mencetak empat gol dan dua assist. Bahkan melawan Barcelona di Nou Camp, Martinez membuat satu gol dan satu assist. Grafik striker asal Argentina ini sedang menanjak tajam.
Keputusan Inter untuk mempertahankan Martinez berbuah manis. Setelah sempat diisukan akan mendampingi Lionel Messi di Barcelona, pemain yang sebelumnya bermain untuk Racing Club ini selalu menghiasi kabar gosip di setiap bursa transfer. Dengan gaji lebih dari enam juta euro per musim, La Beneamata telah memagari Martinez hingga 30 Juni 2026.
Keputusan mempertahankan Martinez bagi Inter seperti sebuah anomali. Hal ini karena sebelumnya Inter dikenal memiliki kultur yang tak percaya kepada pemain muda.
Sudah menjadi bagian dari sejarah, Nerazzurri sering melakukan blunder transaksi dengan melepas talenta emas. Pemain muda yang dimaksud disini adalah berusia 23 tahun ke bawah. Matthias Sammer, Ronaldo, Dennis Bergkamp, Fabio Cannavaro atau Clarence Seedorf tak masuk dalam list ini.
BACA JUGA:
Inter yang dalam setiap musim selalu berusaha meraih piala, lebih memilih untuk memberi kepercayaan kepada pemain bola berusia dewasa.
Inter baru sedikit melek dengan pemain muda ketika Financial Fair Play mulai diberlakukan di 2011. Kebetulan ini dibarengi dengan Massimo Moratti yang mulai lelah secara finansial.
Memiliki pemain muda berharga tak terlalu mahal adalah keniscayaan. Mauro Icardi mendapat kepercayaan di Inter ketika baru berusia 20 tahun.
Saat dilatih Andrea Stramacchioni Inter pernah tampilkan sepuluh pemain primavera. Mereka adalah Ibrahima Mbaye, Simone Pasa, Andrea Bandini, Isaac Donkor, Alfred Duncan, Marco Benassi, Niccolo Belloni, Luca Garritano, Francesco Forte dan Lukas Spendlhofer.
Di Era Moratti, sederet bintang talenta muda dibuang La Beneamata. Dengan melimpahnya dana, Moratti ingin meraih sebanyaknya piala. Dia lebih percaya pemain juara yang sudah tidak muda.
Roberto Carlos tinggalkan Inter di usia 23. Kemudian ada nama Nwanko Kanu juga di angka 23 tahun, Mikael Silvestre yang kemudian menjelma menjadi bintang di Manchester United dan Arsenal di usia 22 tahun. Nama besar lain adalah sang maestro Andrea Pirlo. Bayangkan, dia meninggalkan Inter di usia 22 tahun. Leonardo Bonucci dilego saat berumur 22 tahun.
Kemudian ada nama Mario Balotelli dan Davide Santon melepas jersey biru hitam di usia 20 tahun. Philipe Coutinho dijual murah di usia 21 tahun. Jika melihat harga Liverpool saat menjual Cou ke Barcelona, tentu membuat manajemen Inter sangat menyesal.
Mattia Destro bahkan tak pernah main untuk tim senior Inter. Scouting yang cemerlang sayang tak diimbangi dengan pemberian kepercayaan kepada pemain belia.
Sebelum jaman Moratti ada juga nama Aldo Serena yang tak pernah mendapat kesempatan penuh saat berusia muda. Melanglang buana kemudian kembali lagi berkostum biru hitam ketika sudah berusia 27 tahun dan mencetak banyak gol.
Saat Erick Thohir menjabat sebagai Presiden ada harapan, tradisi Inter akan berubah. Tapi ternyata sama saja. Sebintang Mateo Kovacic dilepas di usia 22 tahun ke Real Madrid. Ada lagi nama Nicolo Zaniolo dijadikan alat barter saat belum genap 20 tahun. Marco Benassi, Alfred Duncan dan Cristiano Biraghi dilepas dalam usia 20 tahunan.
Di luar dugaan, Steven Zhang, Presiden Inter saat ini, ternyata berhasil mempertahankan Lautaro Martinez. Didatangkan dengan mahar 23 juta euro, kini harganya telah naik berlipat. Situs transfermarkt mencatat harga pasar terkini pemain 25 tahun ini adalah 75 juta euro.
Meski godaan terus berdatangan, tapi El Toro dalam pernyataan terakhir ingin terus berbaju biru hitam. Ada Javier di nama tengah Lautaro. Bisa saja nanti dia menjelma menjadi legenda La Beneamata seperti Javier yang lain yaitu Javier Zanetti.
Orang Argentina biasanya cenderung setia. Hernan Crespo bahkan ingin pemain bertinggi 174 cm ini menjadi One Man Club di Nerazzurri. Diego Milito, orang yang berperan membawanya ke Italia juga berharap Lautaro tak tergiur tawaran untuk meninggalkan Inter.
Sejauh ini Lautaro Martinez telah mencatat kesuksesan bersama Inter. Tiga piala telah diraihnya. Dia juga menjadi kandidat terkuat pendamping Lionel Messi di Piala Dunia nanti. Dengan performa seperti ini bukan tak mungkin Martinez benar-benar akan menjadi legenda Inter suatu saat nanti dan menjadi tokoh utama raihan trophy bagi Nerazzurri. (*)
Penulis: Johan Satrya, Penikmat Liga Italia