Sembuhkan Sapi dari PMK, Peternak ini Gunakan Ramuan Herbal dan Obat yang Dikonsumsi Manusia
SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) telah menyerang ribuan ekor sapi ternak di Jawa Timur termasuk di Sidoarjo. Uniknya, salah satu peternak di Kabupaten Sidoarjo berhasil menyembuhkannya dengan ramuan herbal dan obat yang biasanya dikonsumsi manusia.
Peternak tersebut adalah Mustofa (51) warga Desa Gagang Kepuhsari, Kecamatan Balongbendo. Dia menceritakan, pada pertengahan April 2022 lalu, 50 ekor sapi ternaknya terserang PMK dengan ciri-ciri panas pada tubuhnya, kaki bernanah, mulut berbusa serta nafas tersengal.
“Tiba-tiba puluhan ekor sapi saya ndeprok tak mampu berdiri. Kaki dan mulutnya terluka,” ucap Mustofa yang juga kepala desa setempat, Kamis (12/5/2022).
Ia mengaku heran, karena sudah puluhan tahun beternak belum pernah menjumpai penyakit seperti ini.
Ia lalu berusaha menyembuhkannya dengan membuat ramuan herbal dari bahan kunyit, telur serta gula merah. “Kunyit dicampur air lalu diblender lalu saya campur telur dan gula jawa lalu saya minumkan setiap hari,” terangnya.
BACA JUGA:
Bukan itu saja, Mustofa menambahkan Mokbios dan Paracetamol masing-masing 500 mg. Obat ini seringkali dikonsumsi manusia untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam.
“Untuk meredakan panas saya juga berikan ademsari. Sedangkan untuk kaki saya semprot dengan formalin agar lukanya mengering,” jelasnya.
Ia mengaku mengunakan ilmu ‘gatuk’. Ia bersyukur, selang dua hari kemudian puluhan sapi ternaknya sembuh, mampu berdiri dan mampu mengunyah makanan rumput lagi.
Persoalan sapi beres, namun 60 kambingnya kemudian juga terserang. “Semua kambing ternak saya tiba-tiba tidak mampu berdiri meskipun tidak ada luka seperti pada sapi,” katanya.
Ia kemudian memberikan Allopurinol. Obat ini biasanya dikonsumsi manusia untuk menurunkan asam urat. Dalam sehari, Mustofa mengeluarkan dana sekitar Rp 1,5 juta untuk membuat jamu herbal dan membeli obat-obat tersebut.
“Alhamdulillah sekarang semuanya telah sembuh. Awalnya saya stress membayangkan semua ternak saya mati. Padahal menjelang Idul Adha seperti saat ini permintaan sapi dan kambing begitu tinggi,” imbuhnya.
Sementara itu Kepala Bidang Produksi Peternakan, Dinas Pangan dan Pertanian Sidoarjo, Tony Hartono mengatakan, yang dilakukan Mustofa merupakan tindakan suportif.
“Obat-obat yang diberikan tersebut bertujuan suportif untuk menghilangkan kejang, intinya suportif terapi. Sebenarnya ada obat tersendiri untuk hewan. Namun saat ini yang terpenting hewan ternaknya sembuh,” terang Tony. (aha)