Pilkada Surabaya
Tunggu Rekom DPP Turun, PDI-P Surabaya Tingkatkan Koordinasi Internal Partai
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Sesuai jadwal yang diputuskan dari rapat Kemendagri bersama DPR RI dan KPU, Pilkada Serentak akan dimulai 9 Desember 2020.
Untuk Pilkada Surabaya, PDI-P yang memiliki modal 15 kursi di DPRD Surabaya bisa mengusung calon sendiri. Hanya saja sampai saat ini masih belum mengumumkan siapa bacawali dan bacawawali yang direkom DPP untuk melanjutkan dominasi PDI-P pasca Wali Kota Tri Rismaharini.
Dari informasi yang digali, ada beberapa pasangan yang coba diutak-atik untuk menghadapi Machfud Arifin (MA) yang diusung koalisi sejumlah partai.
Ada pasangan Puti Guntur Soekarno Putri-Eri Cahyadi, Eri Cahyadi-Armuji, dan Whisnu Sakti Buana-Eri Cahyadi. Tiga pasangan ini ramai dibicarakan di internal partai. Hanya saja, rekom DPP akan jatuh ke siapa masih belum ada yang tahu.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPC PDI-P Surabaya, Anas Karno ketika dikonfirmasi enggan memberikan komentar.
“Soal pilkada belum ada bocoran informasi. Jadi belum waktunya saya menjawab. Hanya saja saat ini PDI-P Surabaya tetap melakukan koordinasi di internal partai,” ujar Anas Karno singkat.
BACA JUGA:
Hal senada diungkapkan Ketua DPC PDI-P Surabaya Adi Sutarwijono. Dia mengatakan, dirinya belum tahu kapan rekom DPP turun dan siapa yang dapat rekom. “Belum ada informasi,” ujar Adi Sutarwijono singkat.
Berkali-kali Awi, panggilan Adi Sutarwijono menyatakan, jika tugas DPC dan DPD hanya melakukan penjaringan bacawali dan bacawawali. Dan, hasil dari penjaringan tersebut diserahkan ke DPP. “Siapa yang akan direkom itu kewenangan DPP. Siapa pun yang ditunjuk DPP, PDI-P Surabaya akan all-out untuk mengawal dan memenangkannya,” tandasnya.
Sementara Sekretaris DPC PDI-P Surabaya, Baktiono ketika dikonfirmasi jika jago PDI-P akan menghadapi koalisi besar (PKB, Gerindra, Golkar, Demokrat, PAN, NasDem, PPP, dan PKS) yang mengusung Machfud Arifin, mengaku partainya tidak gentar menghadapi koalisi besar tersebut.
Baktiono mengatakan, syarat untuk mencalonkan sebagai bacawali memang harus 30 persen suara partai di legislatif.
“PDI-P Surabaya meraih 30 persen jumlah kursi di legislatif, jadi bisa mengusung calon sendiri. Sedang partai lain harus berkoalisi untuk bisa mengusung calon. Karena itu, PDI-P tetap percaya diri,” ujarnya.
Ditanya soal rekom DPP jatuh ke siapa, Baktiono yang juga anggota Komisi A DPRD Surabaya mengaku tidak tahu. “Itu kewenangan DPP. Jadi, kami tidak tahu kapan rekom itu turun dan jatuh ke siapa,” ungkapnya.
Yang jelas, lanjut Baktiono, PDI-P saat bertarung dalam Pilkada sudah biasa fight. Jadi sama sekali tidak gentar meski lawan politiknya sudah mendeklarasikan diri lebih dahulu bacawalinya.
“Kita akan berkoalisi dengan rakyat, elemen masyarakat, tokoh masyarakat, ini riil koalisi. Dan, kami optimistis PDI-P memenangi Pilkada Surabaya yang sudah beberapa periode dikuasai calon PDI-P,” tandasnya. (be)