Hasil Ekskavasi Situs Balongbendo Merupakan Peninggalan Majapahit
SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur melakukan penggalian situs di Desa Watesari Kecamatan Balongbendo Sidoarjo. Dari hasil penggalian menyimpulkan situs tersebut merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.
Ekskavasi itu menindak lanjuti temuan sejumlah benda kuno oleh warga Desa Watesari Kecamatan Balongbendo Sidoarjo setahun yang lalu. Tim BPCB Jatim kemudian melakukan ekskavasi mulai, Selasa (16/7/2019) lalu.
Temuan situs di Desa Watesari itu terletak di tengah-tengah persawahan tepatnya di punden Mbah R Baido Sukirman, dan Mbah Pahit Wicaksono.
Kepala BPCB Jawa Timur, Andi Muhammad Said, mengatakan, setelah dilakukan peninjauan dan temuan di lokasi memenuhi kriteria sebagai cagar budaya berdasarkan UU Nomor 11 tahin 2010 tentang cagar budaya, sehingga merekomendasi perlu untuk dilakukan kegiatan ekskavasi penyelamatan.
“Tujuan kegiatan ini mencari bentuk, fungsi dan perkiraan masa dari temuan objek diduga cagar budaya,” kata Andi di Balai Desa Watesari Balongbendo Sidoarjo, Kamis (25/7/2019).
Andi menambahkan, dari ekskavasi tersebut telah membuka tujuh kotak gali, diberikan tanda 1A, 2A, 2C, 1D, 2D, 1E, dan 2E. Untuk kotak 1C, 1B dan 2B belum dilakukan penggalian, karena ada kesulitan ada bangunan makam dan perkerasan paving.
“Dalam penggalian ditemukan, temuan lepas berupa fragmen tembikar dan porcelain. Yang beberapa di antaranya berhasil diidentifikasi merupakan pecahan dari wadah berbentuk mangkuk, kendi, vas dan tempayan diperkirakan pada abab 14 masehi peninggalan Kerajaan Majapahit,” tambah Andi.
Sementara itu di tempat yang sama, Wicaksono Dwi Nugroho arkeolog BPCB Jatim, mengaku setelah melakukan penggalian ditemukan struktur pondasi bangunan berbentuk persegi dengan ukuran denah, panjang 18 meter, lebar 7 meter membentang dari utara ke selatan bangunan diduga menghadap ke timur.
“Selain itu juga ditemukan adanya indikasi struktur tangga dengan lebar 1,6 meter (kotak 2C). Diduga terdapat beberapa ruangan di antaranya ruang dapur, ruang tenggah, dan ruang sisi selatan,” kata Wicaksono.
Lebih lanjut Wicaksono menjelaskan, didalam struktur bangunan tersebut tidak ditemukan fragmen genteng, sehingga diduga atap terbuat dari sirap atau ijuk. Level ketinggian struktur pondasi di semua kotak relatif sama, sementara bangunan dinding terbuat dari kayu.
“Ditemukan fragmen tembikar halus yang serupa dengan fragmen tembikar yang ditemukan di situs Trowulan, dan fragmen porcelain dari masa dinasti Ming pada abab 14 – 17 masehi. Dan porcelain Vietnam pada 14 – 15 masehi mengindikasikan situs ini berasal dari masa Majapahit akhir,” tandas Wicaksono. (wob)