Begini Tradisi “Kelem’an” Warga Desa Kendal Sewu, Tarik, Sidoarjo

SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Tidak lupa akan warisan budaya dan menghormati para leluhur desa, ratusan warga Desa Kendal Sewu Kecamatan Tarik Kabupaten Sidoarjo mengadakan tradisi “Kelem’an“ atau tingkepan padi. Upacara tradisi yang diperuntukkan untuk tanaman ‘Padi’ ini agar hasil sawah yang ditanam warga selama tujuh minggu memperoleh hasil melimpah.

Dengan tema “Melestarikan Kelem’an sebagai kultur budaya, membangun peradaban tatanan masyarakat antara Tuhan, Manusia dan Alam”, acara Kelem’an, Senin (4/2/2019) dibanjiri ratusan warga Desa Kendal Sewu Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo.

Dalam bahasa jawa, ‘Kelem’an’ ini sama artinya dengan kata karam atau tenggelam. Artinya, orang ketika menanam padi maka batang padi akan tenggelam menancap di tanah. Hal inilah yang dijadikan warga Desa Kendal Sewu untuk mengadakan syukuran sebagai pertanda padi yang ditanam sudah berumur tujuh minggu atau tingkep-an padi. Warga Desa Kendal Sewu ini menganggap benih padi yang ditanam di sawah, ibarat benih bayi di dalam kandungan ibu yang harus ditingkepi.

“Padi milik warga Desa Kendal Sewu ini waktu tandurnya (waktu tanam) sudah dimulai pertengahan Desember 2018. Nah, sekarang sudah menginjak usia tujuh minggu jadi perlu diadakan syukuran,” kata Mbah Ranu, Kasie Kesejahteraan Desa Kendal Sewu.

keleman 2
Tumpeng-tumpeng dari pemilik sawah di Desa Kendal Sewu sebelum dimakan bersama-sama pada tradisi Kelem’an.

Masih menurut Mbah Ranu, tasyakuran “Kelem’an” ini tujuannya sama dengan orang ningkepi bayi supaya kelak menjadi anak yang sholih shalihah, serta ibunya selamat saat melahirkan. “Sama tujuannya ningkepi benih padi ini ya, supaya petaninya sehat wal afiat, dan padi yang ditanam di sawah akan menghasilkan panen yang berlimpah dan berkah,” tutur Mbah Ranu, atau sering akrab dengan sebutan Mbah Modin.

Tasyakuran “Kelem’an” ini diisi istighosah bersama warga Desa Kendal Sewu serta perangkat desa Kendal Sewu dan dilanjutkan makan tumpeng bersama. Tumpeng-tumpeng ini berasal dari para pemilik sawah di sekitar desa Kendal Sewu.

Desa Kendalsewu memiliki dua dusun, yakni Dusun Kendal dan Dusun Polsewu. Sebelumnya tumpeng ini dikarak dari dusun masing masing dan dipusatkan di Balai Desa Kendal Sewu untuk didoakan bersama.

keleman 3
Tumpeng-tumpeng ditata rapi pada tradisi Kelem’an.

Denny Agung Wahyudi (27) warga Krian yang kebetulan mengunjungi mertuanya di Kendal Sewu mengungkapkan, dirinya senang melihat acara ini. Selain langka, dirinya kagum dengan rasa kebersamaan warga Kendal Sewu untuk menyukseskan acara ini. “Senang sekali Mas, karena sejak kecil saya belum pernah melihat acara ini juga warganya antusias dan kompak,” kata Denny .

Di Kendal Sewu masih banyak lahan persawahan baik yang dikelola warga sendiri atau orang lain. “Ada sekitar 70 hektare sawah atau 55 persen lahan di desa kita masih berupa sawah. Oleh karena itu, kita berharap panen warga kali ini melimpah agar kesejahteraan warga desa meningkat,” ungkap Umi Hayati, Ibu Kepala Desa Kendal Sewu.

Bila tidak ada halangan diperkirakan padi-padi di Desa Kendal Sewu ini akan panen akhir Maret atau awal April mendatang.

“Selain untuk melestarikan budaya leluhur, tradisi ningkepi sawah atau “Kelem’an” ini adalah salah satu media untuk merekatkan hubungan Hablum Minallah, Hablum Minannas, dan Hablum Minal alam,” pungkasnya. (wob)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *