Isak Tangis Iringi Kedatangan Jenazah Jannatun Cintya Dewi, Korban Jatuhnya Lion Air
SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Isak tangis keluarga dan kerabat mewarnai kedatangan jenazah Jannatun Cintya Dewi (24) penumpang pesawat Lion Air JT-610 yang mengalami musibah jatuh di perairan Tanjung Karang, Karawang Jawa Barat, Senin (29/10/2018).
Rombongan mobil jenazah tiba, Kamis (1/11/2018) sekitar pukul 07.30 WIB dikawal mobil patroli kepolisian daerah Jawa Timur. Ibu kandung Jannatun yang ikut rombongan sejak dari Jakarta, setibanya di rumah duka langsung pingsan, dan dibopong para kerabat duka.
Jannatun Cintya Dewi merupakan warga Desa Suruh RT 1, RW 1 Kecamatan Sukodono Sidoarjo. Jannatun menjadi korban jatuhnya pesawat Lion Air, akan melaksanakan tugas dari Kementerian ESDM.
Kedatangan jenazah disambut adik satu-satunya Nadzir Ahmad Firdaus (17), dan sejumlah sanak saudara, serta warga Desa Suruh yang ikut taksiah larut dalam kesedihan dan terlihat menangis. Terlihat di pinggir jalan belasan karangan bunga.

Jenazah Jannatun disemayamkan di rumah duka sekitar 15 menit. Selanjutnya ratusan petaksiah mengiringi janazah ke Masjd Al-Hidayah untuk disholati, setelah selesai sholat berjamaah jenazah dibawa ke tempat Pemakaman Umum di Dusun Plumpon Desa Suruh Kecamatan Sukodono Sidoarjo.
Jannatun Cintya Dewi sebagai staf Kementerian ESDM, ini merupakan anak pertama dari pasangan suami istri Bambang Supriyadi (48) istri Surtiyem (45). Jannatun tergolong anak cerdas dan pandai, karena dalam studinya di SMA Negeri I Sidoarjo hanya di tempuh dua tahun.
Kemudian Jannatun melanjutkan study di ITS Surabaya mengambil jurusan Teknik Kimia. Saat kuliah Jannatun mendapat beasiswa. Setelah menyelesaikan kuliah dia sempat bekerja di Bank Mandiri Jakarta, satu tahun kemudian bekerja sebagai staf Kementerian ESDM di Jakarta.
Jannatun merupakan korban pertama dari jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 yang dapat diidentifikasi melalui sidik jari yang sesuai dengan ijasah. Masih ada satu lagi korban Lion Air yang merupakan warga Kecamatan Waru, namun hingga kini belum bisa diidentifikasi. (wob)