Presiden Jokowi Hadiri Peringatan Hari Santri Nasional 2018 di Sidoarjo
SIDOARJO, SURYAKABAR.com – Kedatangan Presiden RI Joko Widodo disambut Bupati Sidoarjo Saiful Ilah di Pendopo Delta Wibawa, Minggu (28/10/2018) pagi.
Presiden Jokowi datang ke Sidoarjo untuk memberangkatkan Kirab dan Jalan Sehat Santri memperingati Hari Santri Nasional (HSN) yang telah ditetapkan pemerintah jatuh pada 22 Oktober. “Bersama Santri Damailah Negeri” menjadi tema dalam peringatan HSN ke 4 2018.
Acara peringatan HSN ini diselenggarakan Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. Rute Jalan Sehat start dari depan Pendopo melewati depan Masjid Agung kemudian mengarah ke Jalan Pahlawan dan finis di GOR Sidoarjo.
Presiden Jokowi hadir bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo didampingi Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Kepala Staf Kantor Kepresidenan Moeldoko. Selain itu tampak Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menristekdikti M.Nasir dan Wakil Ketua MPR Muhaimin Iskandar (Cak Imin).
Didampingi KH. Ma’ruf Amin, Presiden Jokowi memberangkatkan jalan sehat, dihadapan ribuan santri Presiden Jokowi minta maaf, karena tidak bisa hadir dalam Istighosah Kubro di GOR. Meski demikian Jokowi mengucapkan selamat Hari Santri Nasional dan mengucapkan hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober.
Usai pemberangkatan peserta jalan sehat, Presiden Jokowi bergerak menuju Pendopo Kabupaten melakukan pertemuan dengan 25 Ulama Khos Jawa Timur. Usai melakukan pertemuan selama kurang lebih 25 menit Presiden Jokowi dan rombongan bergerak menuju Surabaya untuk melanjutkan agenda kegiatan lain.
Selanjutnya, rombongan ulama yang dipimpin KH. Ma’ruf Amin diikuti Bupati Saiful Ilah dan Wakil Bupati Nur Ahamad Syaifuddin bergerak menuju GOR Sidoarjo untuk bergabung dengan ratusan ribu jamaah menggelar Istighosah bersama.
Selain KH. Ma’ruf Amin yang menjabat sebagai Mustasyar PBNU, Ulama NU Jawa Timur yang hadir antara lain Ketua PWNU Jatim KH. Marzuki Musmatar dan jajaran pengurusnya, tokoh ulama khos seperti KH. Ali Mashuri (Gus Ali Sidoarjo), KH. Zainuddin Jazuli Pondok Ploso Kediri, KH. Nurul Jazuli pondok Ploso Kediri, KH. Anwar Iskandar dan puluhan ulama se Jawa Timur.
Dalam sambutannya, KH. Ma’ ruf Amin berpesan agar kader NU menjaga NKRI dari serangan radikalisme dan terorisme. NU siap menjadi garda terdepan dalam mengawal NKRI.
“Ajaran Ahlussunnah Wal Jama’ah (Aswaja) boleh saja hilang di negara lain, tapi di Indonesia ini Aswaja harus tetap ada hingga kiamat,” terang KH. Ma’ruf Amin.
Ma’ruf Amin juga mengingatkan pentingnya menjaga persatuan dan kerukunan demi mewujudkan Indonesia yang damai.
“Sejarah berdirinya Indonesia ini tidak bisa terlepas dari peran santri NU. Saat tentara sekutu menduduki kembali republik ini tahun 1949, saat itu TNI dan Polri belum terkonsolidasikan dengan baik. Dengan semangat juang membela NKRI, melalui Hadratus Syekh KH. Hasyim Ashari memberikan fatwa, jihad membela negara dan melawan penjajah hukumnya Fardhu A’in,” urai Ma’ruf Amin yang merupakan cicit seorang ulama besar dari Banten Syekh KH. Nawawi Al Bantani.
“Usai menerima fatwa dari Hadratus Syekh KH. Hasyim Ashari, ribuan santri bergerak menuju Surabaya dengan semangat jihad fi sabilillah membela NKRI, dengan ridho dan pertolongan Allah SWT akhirnya sekutu berhasil diusir dari NKRI,” ujarnya.
Dengan suara lantang, KH. Ma’ruf Amin mengajak ribuan jamaah Istighosah Kubro menyanyikan lagu Syubbanul Wathon, lagu yang menjadi penggerak semangat nasionalisme. (wob)