Ekonomi Pedesaan Jatim Maju, Kemiskinan Turun
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur serius menaikan ekonomi masyarakat pedesaan. Hal ini terlihat dari jumlah penduduk miskin yang mengalami penurunan dari 18,51 persen menjadi 11,77 persen.
Fakta ini diungkapkan Pakar Ekonomi Universitas Wijaya Putra (UWP) Surabaya, DR. C. Sri Hartati, SE, MM. Dosen Pasca Sarjana UWP ini melihat, ada perubahan perekonomian masyarakat desa semenjak dipimpin Gubernur Soekarwo dan Wakil Gubernur Saifullah Yusuf. “Saat ini perekonomian masyarakat desa lebih maju. Imbasnya kemiskinan turun dari 18,51 persen menjadi 11,77 persen,” katanya.
Chatrin panggilan akrab DR. C. Sri Hartati, SE, MM mengaku, dirinya sudah berkeliling ke daerah-daerah pedesaan di Jatim. Salah satunya daerah Bremi Kabupaten Probolinggo.
Daerah tersebut dulunya sangat rendah secara perekonomian. Saat ini berubah menjadi lebih maju. Usaha susu sapi menjadi pendapatan yang sangat penting, karena susu sapi bisa diinovasi menjadi berbagai makanan. “Susu sapi di sana sekarang bisa dijadikan permen, yogurt, dan krupuk. Masyarakat desa sangat inovatif sekarang,” ujarnya.
Jujur, lanjut dia, perubahan perekonomian pedesaan ini merupakan imbas dari kebijakan-kebijakan pemerintah provinsi. Pemerintah ikut mendorong infrastruktur untuk bisa sampai ke desa-desa. “Jalan sekarang sudah mulai dicor. Itu membantu pertumbuhan ekonomi pedesaan,” tegas Chatrin.
Chatrin menganalisa, duet Gubernur Soekarwo dan Wakil Gubernur Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mampu berkolaborasi membuat program integratif untuk menjadikan Jatim sebagai provinsi dengan tingkat eknomi lebih maju dan berupaya menurunkan kemiskinan tertinggi di Indonesia.
“Saya melihat strategi dan eksekusi program di Jatim untuk mengurangi kemiskinan ini bagus. Beberapa waktu lalu, Gus Ipul menyampaikan, obat kemiskinan bukan cuma cash transfer atau bantuan yang bersifat langsung ke warga miskin, tapi harus komprehensif, harus multisektor,” papar Ketua Program Magister Manajemen UWP.
Menurut dia, kebijakan pengentasan kemiskinan merupakan kebijakan yang tidak boleh parsial, karena kemiskinan bersifat multidimensi. Jadi keseriusan Pakde dan Gus Ipul ini bisa dilihat dengan terus turunnya angka kemiskinan.
Pada 2011, jumlah penduduk miskin di Jatim sekitar 5.251.450 jiwa atau 13,85 persen. Tahun 2012 jumlah warga miskin sekitar 4.992.750 jiwa atau 13.08 persen. Tahun 2013 jumlah warga miskin 4.893.010 orang atau 12,73 persen.
Penurunan jumlah warga miskin terus berlanjut. Pada 2014 jumlah warga miskin 4.748.420 jiwa atau 12,28 persen. Pada 2016 jumlah warga miskin 4.638.530 orang atau 11,85 persen. “Kan bisa dilihat ada penurunan terus,” jelas Chatrin. (arf)