Uji Coba Aspal Campur Limbah Plastik di Ruas Gempol

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Jawa Timur menjadi lokasi ke-5 uji gelar teknologi aspal campur plastik, setelah Bali, Bekasi, Makassar dan Solo. Lokasi uji gelar aspal campur plastik di ruas jalan nasional Gempol Batas (Bts) Kota Bangil Km. 35 + 800 hingga 36 + 800.

Pejabat Pembuat Komitmen Gempol – Bangil – Pasuruan – Probolinggo, Purnyoto, ditemui di lokasi gelar aspal, Selasa (31/10/2017) mengatakan, sebuah kehormatan ruas Gempol – Bts Bangil dijadikan pilot project gelar aspal campur limbah plastik.

Ini hal yang positif karena limbah plastik yang selama ini kurang termanfaatkan dengan baik dapat dijadikan bahan campuran aspal. “Proses pencampuran aspalnya sama dengan aspal hotmix biasa, namun kita tambahkan campuran limbah plastik yang sudah dicacah-cacah. Memang ada peningkatan biaya sekitar 10 persen, namun dari segi ketahanan meningkat 40 persen,” ujar Purnyoto.

Ia menambahkan dalam 1 ton aspal membutuhkan 3,9 kg limbah plastik yang sudah dicacah. Limbah plastik sebagai bahan tambah pada campuran aspal dry process 6 persen terhadap berat aspal. Saat ini limbah plastik yang digunakan masih berasal dari Pulau Jawa dan Bali. Proses pengolahan limbah dilakukan di Bandung.

Bahan limbah plastik yang digunakan dalam campuran beraspal panas dibatasi hanya untuk jenis kantong kresek (LDPE/Low Density PolyEthylene) yang telah melalui proses pencucian dan pencacahan. Cacahan limbah plastik yang akan digunakan harus kering, bersih dan terbebas dari bahan organik dengan ukuran maksimal 9,5 mm.

Proses penambahan limbah plastik di Asphalt Mixing Plant (AMP) dilakukan melalui lubang kontrol pugmill. Untuk mempermudah pemasukkan limbah plastik caranya dikemas ulang perkantong dengan takaran berat per-batch campuran aspal.

Proses pencampuran limbah plastik menjadi aspal mulai dari mencampurkan limbah plastik dengan agregat panas (±1700C). Kemudian diaduk selama 10 detik hingga bahan limbah plastik dapat menyelimuti permukaan agregat. Setelah pengadukan agregat dan limbah plastik, selanjutnya dilakukan pengadukan basah dengan menambahkan sejumlah aspal panas (1600C) selama 35 detik. Campuran beraspal panas dengan bahan limbah plastik telah siap dimobilisasi ke lapangan untuk dilakukan penghamparan dan pemadatan seperti campuran beraspal panas pada umumnya.

Ditempat terpisah Kepala Puslitbang Kebijakan dan Penerapan Teknologi, Rezeki Peranginangin saat menjadi narasumber, Diseminasi Hasil Litbang PUPR dengan Tema Penerapan Terbatas Teknologi Aspal Plastik, menyampaikan, pada umumnya limbah plastik berasal dari domestik dan industri yang jumlahnya setiap tahun meningkat, seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perkembangan ekonomi suatu negara.

Hasil penelitian yang dilakukan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (2016) menyebutkan, sampah di Indonesia didominasi kantong plastik (kresek) dan plastik tidak laku (residu) mencapai 62 persen.

“Pemanfaatan limbah plastik sebagai bahan tambahan pada campuran beraspal panas adalah sebagai salah satu solusi bagi permasalahan limbah plastik yang merupakan wujud dari kepedulian terhadap lingkungan,” kata Rezeki.

Ia menambahkan potensi pemanfaatan limbah plastik dalam campuran aspal sangat besar, karena saat ini Indonesia memiliki 49.640 Km jalan nasional, 38.039 Km jalan provinsi dan 346.229 Km jalan Kabupaten/Kota sedangkan komposisi aspal campur plastik ini membutuhkan 3 ton kantong kresek untuk setiap 1 kilometer jalan lebar 7 meter dengan spesifikasi standar.

Hal ini tentu dapat diterapkan seiring Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasiona (RPJMN) 2015-2019 tercatat Indonesia akan membangun 2.600 km jalan nasional, 1000 km jalan tol dan pekerjaan pemeliharaan di semua wilayah dengan kebutuhan aspal sekitar 1,5 juta ton/tahun. (arf)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *