Nekad Tetap Ngampus di Hari Jelang Persalinan, Jadi Wisudawan Terbaik
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Nikmatus Sa’adah adalah sosok perempuan yang gigih memperjuangkan cita-citanya. Demi menyelesaikan pendidikan S-2, wanita kelahiran Agustus 1990 ini rela menjalani perkuliahan sambil menikmati proses kehamilan yang penuh drama. Namun begitu, dia mampu menjadi wisudawan terbaik S-2 Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan perolehan IPK 3.73.
Momen pertama kuliah menjadi momen pertama hamil muda. Baginya ini pengalaman berkesan selama dua tahun menempuh pendidikan S-2 Ilmu Kedokteran Dasar (IKD) di FK UNAIR.
“Awal masuk kuliah sudah merasakan gejala trimester awal kehamilan, seperti gampang pusing dan mengantuk. Beruntung, dosen dan teman-teman begitu pengertian dengan kondisi saya,” ungkapnya.
Memasuki usia kehamilan yang semakin besar, tak jarang Nikma sering merasakan kram perut atau kontraksi palsu saat kuliah sedang berlangsung.
“Hal ini seringkali membuat teman-teman sekelas jadi panik. Mereka khawatir saya melahirkan di kelas dan mendadak jadi pasien mereka,” kelakarnya.
Nikma akhirnya melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Muhammad Ahnaf Al Fatih pada pertengahan semester dua. Namun karena tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa yang tidak dapat ditinggalkan, sepuluh hari setelah melahirkan ia kembali ngampus mengikuti kuliah dan ujian akhir semester.
Perjuangannya sebagai ibu tidak berhenti sampai disitu. Nikma bertekad menyempurnakan perannya dengan memberikan ASI eksklusif 6 bulan. Kepentingan ASI dan kuliah adalah prioritas baginya. Dan perjuangan untuk mempertahankan keduanya pun akhirnya berbuah manis. Selain masih dapat memberikan ASI untuk sang buah hati hingga usia ke 14 bulan ini, Nikma juga berhasil menyelesaikan pendidikan S2 dengan baik.
“Motivasi terbesar saya untuk segera menyelesaikan studi adalah agar saya bisa mengurus sendiri anak saya tanpa merepotkan orang tua lagi. Dan ketika luang, saya bisa lebih banyak menemani anak bermain, mengamati setiap momen tumbuh kembangnya,” ungkap dosen pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi, Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata, Kediri ini. (NEWS UNAIR)