Purnawirawan Polwan Menulis Buku soal Fenomena Women Gender Trap, Ini yang Dikupas
SURABAYA, SURYAKABAR.com – Irjen Pol (Purn) Dr Dra Juansih SH MHum, pensiunan polisi wanita (polwan), menyoroti fenomena women gender trap, sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana perempuan kerap terperangkap dalam peran dan ekspektasi sosial yang berkaitan dengan gender mereka.
Fenomena tersebut ditulis dalam sebuah karya buku berjudul “Women in Law Enforcement: Mendobrak Gender Trap Polisi Wanita”.
Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair) memfasilitasi dengan membedah buku ini yang digelar di Auditorium Ternate, Gedung ASSEC Tower, Kampus B Unair, sekaligus memperingati Hari Jadi Polisi Wanita ke-77 Republik Indonesia, Kamis (11/9/2025).
Dalam buku ini, Juansih mengupas tuntas isu diskriminasi yang masih menjerat perempuan, khususnya di institusi penegak hukum seperti kepolisian.
Menurutnya, jebakan ini mencakup beragam bentuk diskriminasi, mulai dari stereotip, kekerasan berbasis gender, hingga hambatan untuk mencapai posisi kepemimpinan.
“Walaupun perempuan kini banyak berkiprah di berbagai bidang, untuk posisi kepemimpinan, perempuan tetap dianggap belum layak sejajar dengan laki-laki,” ujarnya.
Berdasarkan data World Economic Forum (WEF) pada 2024, meskipun perempuan mengisi 41,2 persen dari total lapangan kerja global, jumlah mereka di posisi kepemimpinan masih sangat minim. Di kepolisian, representasi polwan di jajaran pimpinan strategis bahkan jauh lebih rendah.
Di Indonesia, jumlah polwan hanya sekitar 6 persen, jauh di bawah angka ideal 30 persen. Angka ini lebih rendah dibanding AS yang memiliki 14 persen polwan di institusi kepolisian mereka.
Juansih menjelaskan, rendahnya representasi perempuan ini berdampak langsung pada proses penegakan hukum. Ia mencontohkan, banyak perempuan korban kekerasan yang enggan melapor ke polisi karena merasa kasusnya tidak akan diproses dengan adil.
Juansih juga menyoroti bagaimana perempuan sering kali memenjarakan dirinya sendiri dalam jebakan gender. Hal ini membuat mereka tidak berani bersaing dengan rekan kerja laki-laki, meskipun memiliki kemampuan dan potensi untuk berprestasi.
“Banyak perempuan yang berkarier hanya untuk memenuhi tuntutan hidup, bukan untuk aktualisasi diri menjadi seorang profesional,” jelas perempuan yang menjabat sebagai Ketua Center of Women Empowerment in Law Enforcement (CWELE) SeSekol Pascasarjana Unair itu.
Buku ini hadir sebagai wujud kepedulian Juansih, yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun sebagai polwan. Pengalamannya di berbagai bidang, termasuk pendidikan dan kepemimpinan transformatif, menjadi landasan kuat bagi Juansih untuk menyalurkan ‘sense guru’ yang ia miliki.
Selain sebagai senior di polwan, Juansih juga merupakan dosen di Sekolah Pascasarjana Unair, khususnya di Program Studi (Prodi) Magister Kajian Ilmu Kepolisian.
Melalui karyanya ini, Juansih berharap dapat mendorong dan menginspirasi perempuan, khususnya para polwan, agar berani mendobrak women gender trap dan mengoptimalkan potensi mereka untuk meraih posisi kepemimpinan yang layak.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Sekolah Pascasarjana Unair Prof Dr dr Achmad Chusnu Romdhoni SpTHT BKL SubspOnk (K) FICS memberikan apresiasi atas perjuangan para polwan dalam institusi Polri, yang menurutnya, itu tidaklah mudah.
“Situasi hari ini, terutama polwan menunjukkan perjuangan untuk meraih sesuatu yang tidak mudah. Itu sudah ditunjukkan oleh perjuangan Ibu Juansih,” ungkapnya.
Hadir dalam peluncuran dan bedah buku ini Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto, Pangdam V Brawijaya Mayor Jenderal TNI Rudy Saladin, Menteri Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak RI Dra Arifatul Choiri Fauzi MSi, dan Rektor Unair Prof Dr Muhammad Madyan SE MSi MFin. (aci)


