Pendidikan
152 Mahasiswa dari 6 Negara Ikuti iCOP PCU 2025, Berdayakan Potensi Desa di Mojokerto

SURABAYA, SURYAKABAR.com – Sebanyak 152 mahasiswa serta dosen pendamping dari sembilan kampus dari enam negara mengikuti International Community Outreach Program (iCOP) 2025 yang digelar Petra Christian University (PCU) Surabaya.

iCOP 2025 yang mengusung tema “Transforming Society” ini fokus pada pemberdayaan potensi desa, serta pelestarian budaya dan lingkungan di Kabupaten Mojokerto, yang digelar mulai 16 Juli hingga 9 Agustus 2025.

Ketua iCOP 2025 Denny Tri Haryanto ST MTh mengatakan, ratusan mahasiswa tersebut terjun langsung ke Kabupaten Mojokerto, dan menyebar di enam dusun, lima desa, dan tiga kecamatan. Mereka tidak hanya belajar kearifan lokal, namun juga memberikan kontribusi nyata.

“Mereka akan melakukan sekitar 30 program kegiatan, baik itu kegiatan non fisik, termasuk budaya dan kegiatan fisik,” ujarnya, Minggu (27/7/2025).

Menurutnya, perencanaan program dilakukan secara multi-tahun untuk menciptakan dampak berkelanjutan.

Baca Juga:  Unair dan 4 PTN-BH Gagas Konservasi Air Lewat Penanaman Pohon di Hulu Brantas

“Tahun ini, kami hadir tidak hanya untuk belajar budaya lokal, tetapi juga memberikan solusi atas permasalahan nyata masyarakat. Program dirancang melalui rembug warga, dan akan berjalan selama tiga tahun,” ungkapnya.

Denny menjelaskan, dalam iCOP 2025 ini pihaknya berkolaborasi dengan Komunitas Sungai Watch, organisasi lingkungan dari Bali yang dikenal melalui gerakan penanganan sampah sungai.

Di Desa Jembul, Mojokerto yang sedang berkembang menjadi desa wisata berbasis alam dan budaya, para peserta iCOP, relawan Sungai Watch, serta mahasiswa UKM Resimen Mahasiswa 843 PCU bersama-sama melakukan aksi bersih-bersih sungai dalam program unggulan “Youth Action for Clean Future”.

Baca Juga:  Ratusan Masyarakat Antusias Ikuti Pemeriksaan Gigi dan Mulut Gratis yang Digelar FKG Unair

“Desa Jembul menghadapi tantangan besar, yakni belum adanya sistem pengelolaan sampah domestik yang memadai. Sampah organik dan plastik mencemari aliran sungai, merusak ekosistem, dan mengancam kesehatan warga,” jelasnya.

Sebelum kegiatan bersih sungai dimulai, warga mendapat edukasi pengelolaan sampah berbasis TPS 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Selanjutnya, warga diajak bergotong royong memilah sampah yang terkumpul dari sungai untuk diproses sesuai jenisnya.

“Harapan kami, kesadaran masyarakat terhadap kebersihan sungai bisa tumbuh dari partisipasi langsung seperti ini,” terangnya.

Perwakilan Sungai Watch Yudi Susanto menekankan pentingnya edukasi kepada generasi muda. “Clean up ini bukan sekadar bersih-bersih. Kami juga memberikan edukasi kepada siswa SD, karena perubahan perilaku lebih efektif dimulai dari anak-anak. Mereka bisa menularkan kebiasaan baik ke orang tuanya,” ujarnya.

Yudi menyebut, persoalan sungai tercemar bukan hanya terjadi di Mojokerto, namun juga di Bali, Banyuwangi, dan Sidoarjo.

Baca Juga:  Datangkan Excavator, Lapindo dan Warga Bersihkan Sampah Sungai

Menurutnya, meskipun program TPS 3R telah digulirkan di banyak tempat, tidak semua warga bersedia membayar iuran pengelolaan sampah. Akibatnya, masih banyak yang membuang sampah sembarangan.

“Kalau sampah dipilah dari awal, sebenarnya punya nilai ekonomi. Di Bali, kami bahkan memproduksi kursi pantai dari tas kresek. Satu kursi setara dengan 20 kilogram plastik,” tegasnya.

Selain fokus lingkungan, iCOP 2025 juga menyentuh aspek pelestarian budaya. Di Dusun Lebaksari, Desa Rejosari, Mojokerto, para peserta diajak memasak bersama ibu-ibu desa menggunakan bahan lokal seperti ikan nila, sayur pakis, lompong, dan rebung. Kegiatan ini menjadi bagian dari culture lesson yang mempererat relasi lintas budaya.

Salah satu mahasiswa dari InHolland University of Applied Sciences, Daniëlle Muizelaar mengaku senang bisa mengikuti kegiatan ini.

“Ini merupakan pengalaman pertama saya ikut kegaiatan seperti ini. Saya senang, karena orang-orang sekitar sini ramah, lingkungannya juga indah. Di sini diperlakukan seperti keluarga,” pungkasnya. (aci)