BKKBN Jatim Perkuat Peran Tim TPPS Dampingi Keluarga Berisiko Stunting

MADIUN, SURYAKABAR.com – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur bersinergi dan memperkuat peran Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS).

Tim yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 72 Tahun 2021 itu, bertugas mendampingi keluarga berisiko stunting sejak masa 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Dr Nihayatul Wafiroh saat menjadi narasumber dalam kegiatan fasilitasi teknis program Bangga Kencana yang digelar BKKBN Jatim di Gedung Diklat Kota Madiun, Sabtu (12/7/2025).

Nihayatul mengatakan, pihaknya memberikan perhatian serius terhadap percepatan penurunan stunting di Kota Madiun.

Baca Juga:  Lima Program Strategis Skema Quick Wins BKKBN Jatim Cegah Stunting

“Kami juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat, terutama kaum perempuan, dalam menurunkan angka stunting,” ujarnya.

Sekretaris Kemendukbangga/BKKBN Prof Budi Setiyono SSos MPolAdmin PhD mengatakan, kualitas SDM yang dimulai dari keluarga adalah kunci. Salah satu tantangan besar yang harus dihadapi saat ini adalah stunting.

“Kalau anak lahir dalam kondisi stunting, maka kehidupan mereka akan terganggu secara fisik, pendidikan, bahkan sosial hingga mereka dewasa. Jangan sampai anak cucu kita lahir dalam kondisi stunting,” ungkapnya.

Baca Juga:  KAI Daop 8 Surabaya Beri Diskon Khusus 20 Persen bagi Penyandang Disabilitas

Prof. Budi juga menekankan pentingnya edukasi gizi dan kesehatan mental dan spiritual yang dimulai dari calon pengantin hingga setelah anak lahir.

BKKBN kini menyediakan layanan lengkap dari hulu ke hilir, bahkan melalui aplikasi konsultasi pranikah dan pasca kelahiran.

“Selain itu, Surat Edaran Kepala BKKBN Nomor 7 Tahun 2025 tentang Gerakan Ayah Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah. Gerakan ini bentuk kepedulian ayah sebagai kepala keluarga. Momen seperti hari pertama sekolah sangat berarti bagi anak. Kalau ayah hadir, anak merasa tidak sendiri. Ini akan memotivasi mereka untuk lebih berprestasi,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Dra Maria Ernawati MM menyoroti pentingnya klasifikasi penyebab stunting sebelum menentukan intervensi.

“Harus dipetakan dulu, apakah karena kemiskinan, salah pola asuh, penyakit bawaan, atau lingkungan tidak sehat. Semua itu memerlukan pendekatan yang berbeda,” tegasnya.

Baca Juga:  Mahasiswa FTP UB Sukses Bina Pelaku UMKM Parfum, Tampil di Pameran Top Model hingga Dipuji Wali Kota Malang

Maria juga memperkenalkan platform siapbahagia.com, yakni ruang konsultasi digital untuk masyarakat yang ingin bertanya seputar kesehatan keluarga, parenting, dan pencegahan stunting. Platform ini menyediakan tim konsultan dari kalangan dokter, psikolog, sosiolog, hingga bidan.

“Alhamdulillah, dari 38 kabupaten/kota di Jatim, responsnya luar biasa. Bahkan, dalam satu bulan kami bisa menerima hingga 3.000 klien. Dan karena berbasis digital, kami pun siap menjawab masyarakat di luar Jawa Timur,” katanya.

Baca Juga:  BPJS Kesehatan Surabaya Tegaskan Tidak Ada Pembatasan Durasi Rawat Inap bagi Peserta JKN

Maria menyebut, angka prevalensi stunting di Kota Madiun sudah membaik, berada di bawah rata-rata provinsi. Jika Jawa Timur ada di angka 14,7 persen, Kota Madiun sudah berada di kisaran 11 persen.

“Kota Madiun ini cukup bagus. Tapi jangan puas. Harus terus kita jaga bersama agar anak-anak kita tumbuh sehat dan kuat,” jelasnya.

Sebagai informasi, kegiatan fasilitasi teknis ini melibatkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Keluarga Berencana (KB) Kota Madiun, serta elemen Perempuan Bangsa (PB) dan diikuti ratusan warga setempat.

Yakni, perwakilan dari 10 kabupaten/kota di Jawa Timur, seperti Kabupaten Madiun, Kota Madiun, Probolinggo, Blitar, Kota Blitar, Kabupaten dan Kota Kediri, Magetan, Pacitan, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Nganjuk, Jombang, dan Mojokerto. (aci)