Dosen Universitas Brawijaya Ciptakan Eteral Blenderized Penuhi Gizi Pasien Melalui Sonde

MALANG, SURYAKABAR.com – Dosen Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Brawijaya Leny Budhi Harti, S.Gz., M.Si.Med., menciptakan Eteral Blenderized bagi pasien yang hanya dapat mengkonsumsi makanan melalui selang atau sonde.

Inovasi tersebut digunakan untuk mengantisipasi persoalan under nutrition pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Penelitian formula eteral blenderized atau makan cair melalui selang sudah dilakukannya sejak 2017.

“Penelitian sejak 2017, munculnya karena ada beberapa masalah terkait under nutrition. Kondisi kritis sebagian besar kesadaran pasien menurun sehingga tidak bisa mengkonsumsi makanan secara oral,” kata Leny.

Formula bagi pasien dalam kondisi kritis diberikan dalam bentuk cair melalui selang yang melalui nasal dan bermuara bisa di lambung maupun di usus.

Baca Juga:  Universitas Brawijaya Paparkan Model Kampus AI di Forum Internasional 12 Negara

Pembuatan formula itu memanfaatkan bahan makanan yang bisa didapatkan dengan mudah sehari-hari, mulai susu skim, madu, putih telor, yogurt, dan minyak canola maupun minyak kelapa murni (VCO).

Masing-masing bahan memiliki kelebihan, seperti minyak VCO yang dikenal mengandung polifenol dan asam lemak rantai sedang. “Secara metabolisme asam lemak rantai sedang lebih cepat diserap daripada asam lemak rantai panjang,” ujarnya.

Lalu, minyak canola memiliki tinggi asam lemak tak jenuh ganda serta omega tiga sebagai anti peradangan. “Susu skim rendah lemak dan tinggi protein, putih telor memiliki nilai biologis bagus ketimbang sumber protein lain,” ucapnya.

Baca Juga:  Unggul FC Malang Rekrut Wais Alkarni dan Kiper Rizki Nur Ramdhani

Formula eteral blenderized yang dikembangkan Leny bersama tim penelitinya ini telah diuji melalui organolaptic ke 80 panelis, guna melihat tingkat kesukaan, rasa, aroma, dan warna. Sehingga makanan cair ini bisa dikonsumsi melalui sonde maupun oral.

“Formula ini arahnya tidak diberikan hanya lewat selang tetapi oral jika pasien sudah siuman dan butuh makanan cair,” katanya.

Kemudian, dari yang awalnya dibuat dalam bentuk cair, formula eteral blenderized dikembangkan menjadi bentuk bubuk, sekaligus menguji kandungan gizi, baik saat maupun setelah pengeringan.

“Pada 2019 mengembangkan lagi bentuk bubuk, harapannya penyimpanan lebih lama ketimbang blender (cair),” katanya.

Baca Juga:  ITS Inisiasi Konsorsium Teknologi Pertanian Cerdas Berbasis AI

Leny menyatakan untuk saat ini inovasinya sedang dilakukan proses uji klinis di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Jakarta, sejak 2022.

Pengujian tersebut bukan tanpa kendala, dia mendapati banyak tantangan mulai dari situasi pandemi COVID-19 hingga jumlah sampel yang diuji mencapai ratusan.

“Uji klinis sampai satu tahun lebih dua bulan belum selesai, karena jumlah sampel ada 176 orang. Harus juga mendapatkan lembar persetujuan pasien yang menyatakan kesediaan menerima formula saya,” kata dia.

Dia berharap formula itu bisa diproduksi secara massal, sehingga dapat dimanfaatkan masyarakat luas. “Produksi formula ini membutuhkan perijinan BPOM dan juga halal, tapi yang utama mendapatkan rekanan industri untuk produksi secara massal, baik bubuk maupun cair siap dikonsumsi,” ujarnya.

Formula enteral blenderized hasil inovasi Leny bersama tim penelitinya ini juga sudah mengantongi hak paten dan terdaftar di pangkalan data Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI), atas nama dirinya dan tim yang sama-sama ahli gizi. (abs)